Kampung Batik Laweyan (KBL), sebuah sentra industri batik legendaris yang telah berdiri sejak 500 tahun lalu. Tempat ini sudah eksis sejak Kerajaan Pajang.
Bisa dikatakan, kampung inilah cikal bakal industri batik modern di kota Solo saat ini. Melansir dari laman Indonesia.go.id, Laweyan berasal dari kata Lawe yang artinya bahan baku kain tenun.
Menurut penulis buku Sejarah Kampoeng Batik Laweyan, R.T. Mlayadipuro, pasar ini dulunya pusat perdagangan komoditas kapas yang merupakan bahan utama kain tenun.
Kampung Batik Laweyan (KBL) tercatat sudah eksis sejak pemerintahan Kerajaan Pajang hingga berdirinya negara Indonesia. Kampung ini saksi perkembangan batik dari zaman ke zaman.
Sejarah Kampung Batik
Kampung didirikan Kyai Ageng Henis, putra Kyai Ageng Sela yang jga keturunan raja Brawijaya V. Sosok inilah yang menghidupkan keberadaan Kampung Batik Laweyan. Semasa Kerajaan Pajang.
Pada tahun 1970-an, sentra industri batik mengalami masa kejayaan. Namun, sempat surut ketika batik printing muncul. Di awal tahun 2000 industri batik tulis di KBL kembali bangkit. Hal ini tak lepas dari campur tangan Pemda Kota Solo.
Kawasan ini didesain dan ditata ulang dengan konsep terpadu. Dengan begitu pengunjung KBL memiliki pengalaman unik saat mengunjungi kampung ini. Awalnya, KBL dibangun dengan visi dan misi sebagai sentra produksi batik khas Laweyan.
Namun karena perkembangan zaman Laweyan menjadi kampung ekonomi, kampung budaya, dan kampung kreatif yang kondang secara nasional dan internasional.
Pengunjung tidak hanya berbelanja produk batik, namun ada banyak aktifitas yang bisa dilakukan.
Destinasi Wisata Kampung Batik
Di Kampoeng Batik Laweyan (KBL) terdapat lebih dari 50 lebih toko yang menjual produk batik dengan kualitas dan harga yang bersaing. Tak hanya berbelanja, KBL juga menawarkan paket wisata melihat langsung proses pembuatan batik.
Di tempat ini berbagai cara pembuatan dapat dilihat mulai batik tulis, batik cap, dan batik sablon. Masing-masing cara pembuatan ini menghasilkan kualitas dan harga berbeda.
Program ini biasanya dikunjungi wisata domestik, pelajar, bahkan wisatawan mancanegara.
Di samping itu, Kampoeng Batik Laweyan juga memiliki banyak situs bersejarah dan tradisi turun-temurun. Bangunan-bangunan rumah yang terdapat di kampung ini dipengaruhi oleh tiga gaya arsitektur yaitu: Jawa, Islam, dan Eropa.
Bangunan bergaya arsitektur terlihat unik dan menarik. Bagi penggemar fotografi bangunan ini dapat dijadikan sebagai objek fotografi. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa menikmati aneka kuliner warisan leluhur Kampoeng Batik Laweyan.
Akses ke Kampung Batik Laweyan
Untuk berkunjung ke Kampung Batik Laweyan terdapat beberapa alternatif akses. Bila dari Stasiun Kereta Api Purwosari Solo (Jalan Slamet Riyadi) bisa mengambil jalan ke arah timur. Sesampainya di perempatan Purwosari (Hotel Sala View) ambil jalan ke kanan atau ke selatan.
Dari Jalan Perintis Kemerdekaan, sampai di pertigaan Jalan Dr Radjiman, pengunjung sudah tiba di Kampung Batik Laweyan. Lokasi KBL terdapat di sebelah selatan Jalan Dr Radjiman.