Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki salah satu warisan turun temurun yaitu kain Tenun Kamohu. Kain tenun ini memiliki corak yang indah. Kain ini pun biasanya tidak hanya dijadikan sarung tenun saja namun juga pakaian adat Desa Watarumbe, Kabupaten Buton Tengah.
Kain Tenun Kamohu asal Desa Watarumbe, Kabupaten Buton Tengah telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda. Tentu hal ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri.
Kamohu memiliki ragam warna yang terbuat dari kapas yang dibuat secara tradisional.
Diproduksi sejak abad ke-19 Masehi
Menurut beberapa sumber, kain tenun ini sudah ada sejak lebih dari abad 19 lalu. Pada masa itu, Kamohu digunakan keluarga Kesultanan Buton dan para tokoh adat untuk menghadiri upacara-upacara adat penting.
Dalam perkembangannya, Kamuho juga dikenakan oleh masyarakat. Namun, saat itu digunakan untuk membedakan strata sosial dan jabatan. Hal ini berdasarkan warna kain. Selain itu, ada juga aturan motif yang menunjukan gender.
Misalkan motif garis lurus untuk kaum wanita. Sedangkan motif garis bersilangan yang membentuk kotak-kotak untuk kaum pria. Selain itu, kain tenun ini juga diperdagangkan oleh Belanda sebagai komoditas selain rempah-rempah.
Wanita Harus Bisa Menenun
Kain tenun Kamohu terbuat dari kapas yang dibuat secara tradisional. Namun, seiring perkembangan zaman, kini pembuatan tenun memanfaatkan bahan pabrik, salah satunya pada bahan benangnya.
Meskipun demikian, beberapa kain tenun Kamohu masih ada yang diproduksi secara tradisional. Di Buteng diperkirakan ada ratusan rumah tangga yang masih melestarikan aktivitas menenun.
Selain untuk mempertahankan nilai-nilai tradisi leluhur, rupanya tenunan juga dilakukan sebagai sumber mata pencaharian. Dahulu, menenun menjadi keterampilan yang wajib dimiliki setiap perempuan di Buton.
Hal ini juga berlaku meskipun mereka memiliki pendidikan yang tinggi. Menurut masyarakat setempat, perempuan yang belum pandai menenun tidak diperbolehkan untuk menikah.
Nilai ini dipegang teguh dan diwariskan turun temurun. Mereka meyakini, kemampuan menenun bisa menjadi bekal merajut kehidupan yang akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga nantinya.
Saat ini, kain tenun Buton tidak hanya digunakan sebagai bahan membuat pakaian adat. Akan tetapi juga sebagai kain gorden, taplak meja, alat dekorasi, dan lainnya.
Daya tarik tenunan Buton sendiri terletak pada motifnya yang sangat kaya. Maka dari itu, potensi ini diharapkan lebih dikembangkan sehingga dapat berkembang lebih luas. (Dari berbagai sumber)