By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ki Ageng Pandanaran, Legenda Nama Salatiga Bermula
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Ki Ageng Pandanaran, Legenda Nama Salatiga Bermula
Cerita Rakyat

Ki Ageng Pandanaran, Legenda Nama Salatiga Bermula

Ridwan
Last updated: 16/10/2024 08:51
Ridwan
Share
4 Min Read
Ilustrasi Ki Ageng Pandanaran dalam cerita legenda asal usul Kota Salatiga. Foto: YouTube/Conslete Mletik
SHARE

Pada masa lalu, wilayah yang kini kita kenal sebagai Kabupaten Semarang merupakan bagian dari kesultanan Demak. Di daerah tersebut, terdapat seorang Bupati yang sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya, bernama Ki Ageng Pandanaran. Bupati ini tidak hanya dikenal sebagai sosok yang berwibawa, tetapi juga kaya raya. Namun, seiring berjalannya waktu, sikap Ki Ageng mulai berubah. Ia semakin terobsesi untuk memperkaya diri sendiri dan mulai mengabaikan kepentingan rakyatnya.

Melihat perubahan perilaku Ki Ageng yang mencemaskan ini, Sunan Kalijaga, yang merupakan penasihat Sultan Demak, merasa perlu untuk mengingatkan Bupati tersebut. Untuk melaksanakan misinya, Sunan Kalijaga menyamar sebagai seorang pedagang rumput yang berpakaian compang-camping. Dalam penampilannya yang sederhana, ia menawarkan rumput kepada Ki Ageng dengan harapan dapat memberikan pelajaran berharga.

Ki Ageng, dengan sikap angkuh dan kesombongannya, menawarkan harga murah untuk rumput tersebut. Namun, Sunan Kalijaga menolak untuk menjualnya dengan harga rendah, yang membuat Ki Ageng marah dan akhirnya mengusirnya pergi. Sebelum meninggalkan tempat itu, Sunan Kalijaga menegaskan bahwa ia memiliki cara untuk memperoleh kekayaan dengan mudah. Tertarik dengan tawarannya, Ki Ageng meminjam sebuah cangkul dari Sunan Kalijaga.

Dengan cangkul itu, Sunan Kalijaga mulai mencangkul tanah di depan kantor bupati. Ki Ageng merasa penasaran dan terkejut saat melihat sebuah bongkahan emas sebesar kepala kerbau muncul dari dalam tanah yang dicangkulnya. Menyadari bahwa pedagang rumput itu bukanlah orang sembarangan, Ki Ageng langsung memperhatikan Sunan Kalijaga dengan seksama. Ketika mengetahui identitas sebenarnya, ia terkejut dan merasa bersalah. Dengan penuh penyesalan, Ki Ageng meminta maaf kepada Sunan Kalijaga dan bersedia menerima hukuman atas kesalahannya. Sunan Kalijaga yang bijak, dengan penuh rasa pengertian, memaafkannya dan memberi pesan agar Ki Ageng memimpin dengan cara yang lebih adil dan benar.

Meskipun sudah dimaafkan, hidup Ki Ageng terasa gelisah setelah peristiwa tersebut. Ia merasa perlu menebus kesalahan yang telah diperbuat. Dengan tekad yang bulat, Ki Ageng memutuskan untuk meninggalkan jabatan Bupati yang selama ini diembannya. Ia berkeinginan untuk mengikuti jejak Sunan Kalijaga dan menjadi penyiar agama. Rencananya adalah untuk pergi ke Gunung Jabaikat, di mana ia ingin mendirikan sebuah pesantren.

Nyai Ageng, istri tercintanya, ingin turut serta dalam perjalanan tersebut. Ki Ageng memperbolehkan Nyai Ageng untuk ikut, tetapi dengan syarat yang cukup tegas, yaitu ia tidak boleh membawa harta benda apapun. Pada waktu yang telah ditentukan, Nyai Ageng masih terlihat sibuk mempersiapkan diri. Tanpa disadari, ia sedang mengatur perhiasan yang ingin dibawanya dan menyembunyikannya dalam tongkat bambu.

Akhirnya, Ki Ageng berangkat lebih dulu, sementara Nyai Ageng mengikuti setelah ia siap. Namun, di tengah perjalanan, Nyai Ageng dihadang oleh tiga perampok yang menuntut agar ia menyerahkan harta yang dibawanya. Terpaksa, Nyai Ageng memberikan semua perhiasan yang dimilikinya kepada perampok itu.

Setelah berhasil lolos dari perampokan, Nyai Ageng akhirnya menyusul Ki Ageng. Ketika mereka bertemu, Nyai Ageng menceritakan semua peristiwa yang menimpa dirinya. Mendengar cerita tersebut, Ki Ageng merasa sangat prihatin dan berkata bahwa tempat di mana Nyai Ageng dirampok tersebut akan dinamakan “Salatiga.” Nama ini diambil dari kata “salah” dan “tiga,” yang merujuk pada tiga orang perampok yang telah melakukan kesalahan.

Dengan demikian, legenda asal usul Kota Salatiga tidak hanya menggambarkan perjalanan Ki Ageng Pandanaran dan Nyai Ageng, tetapi juga menyiratkan pelajaran tentang kebaikan, penyesalan, dan pentingnya menegakkan keadilan dalam kepemimpinan. Kota Salatiga pun lahir sebagai simbol dari perjalanan spiritual dan sejarah yang kaya, mengingatkan kita akan nilai-nilai moral yang tak lekang oleh waktu. (Achmad Aristyan – Sumber: YouTube Conslete Mletik)

You Might Also Like

Kisah Asmara Dalam Legenda Putri Naga Pulau Komodo

Kisah Cinta dan Perebutan Takhta dalam Kisah Lutung Kasarung

Gunung Prau Dieng dan Legenda Putri Jelita Dewi Kilisuci

Legenda Batu Belah, Kisah Pengorbanan Ibu dari Aceh

Putri Nibung di Sarang Lanun, Hikayat Cinta dan Keberanian

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Destinasi Terbaik Melihat Fenomena Milky Way di Indonesia
Next Article Legenda Gunung Merapi: Pertarungan Dua Empu Sakti
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?