By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Klenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri Penuh Kisah Sejarah
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Klenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri Penuh Kisah Sejarah
Warisan Budaya

Klenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri Penuh Kisah Sejarah

Achmad Aristyan
Last updated: 01/11/2024 02:29
Achmad Aristyan
Share
Klenteng Tjoe Hwie Kiong sebagai salah satu bangunan bersejarah di Kota Kediri. Foto: Instagram/@kediritourism
SHARE

Klenteng Tjoe Hwie Kiong dikenal sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Kediri, Jawa Timur.

Klenteng ini menjadikannya tempat ibadah penting bagi etnis Tionghoa dan bagian dari cagar budaya. Meskipun memiliki nilai historis yang tinggi, asal-usul pendirian klenteng ini masih menyimpan banyak misteri.

Menurut berbagai versi cerita, pendirian Klenteng Tjoe Hwie Kiong diperkirakan terjadi sekitar tahun 1817. Namun, informasi mengenai siapa pendirinya masih belum jelas, bahkan pengurus klenteng pun tidak dapat memastikannya. 

Prayitno Sutikno, Ketua Umum Yayasan Tri Dharma Klenteng Tjoe Hwie Kiong, menjelaskan bahwa usia klenteng ini telah lebih dari 200 tahun, dan hingga kini mereka tidak mengetahui siapa nama pendirinya.

Dari cerita yang diturunkan oleh para sesepuh, diketahui bahwa dulunya ada seorang musafir asal Tiongkok yang singgah di Kota Kediri. Musafir tersebut tiba melalui jalur air, melewati Sungai Brantas, yang pada masa itu merupakan jalur perdagangan penting. 

Prayitno menjelaskan bahwa situasi di China pada waktu itu sedang tidak stabil, dipenuhi dengan konflik dan kondisi ekonomi yang buruk, sehingga banyak orang yang akhirnya bermigrasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dalam perjalanannya, musafir yang juga seorang pedagang ini tiba di sekitar Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pakelan, Kota Kediri. 

Setelah menginjakkan kaki, ia segera mendirikan tempat sederhana untuk berdoa. Ia membawa serta Dewi Laut atau Thian Sang Sing Bo, yang kemudian diletakannya di tempat berdoa di tepi Sungai Brantas.  Prayitno menambahkan bahwa itulah alasan mengapa Klenteng Tjoe Hwie Kiong berada di sisi timur Sungai Brantas.

Seiring berjalannya waktu, banyak perantau Tionghoa lainnya yang datang dan berdoa di tempat tersebut, masing-masing membawa dewa mereka sendiri. Akibatnya, klenteng ini kini dihuni oleh berbagai dewa, termasuk Dewi Kwan Im dan Dewa Kwan Kong.

Dalam struktur bangunannya, altar Dewi Thian Sang Sing Bo terletak di tengah dan menghadap ke arah Sungai Brantas. Sementara dewa-dewa lainnya disusun di sisi-sisi klenteng. 

Patung tiga nabi agung terletak di sisi kanan, sejajar dengan bangunan utama. Di sebelah kiri terdapat patung Lao Tze dengan simbol yin-yang dari ajaran Tao, dan di tengah terdapat patung Buddha Sakyamuni dengan simbol swastika. Di sisi paling kanan terdapat patung Kong Hu Cu, lengkap dengan simbol genta.

Keberagaman yang diusung oleh Tri Dharma menjadikan Klenteng Tjoe Hwie Kiong sebagai tempat yang mengedepankan toleransi antarumat beragama. Semua orang diperbolehkan untuk berdoa di sana. 

Sri Sulanjari, mantan juru kunci klenteng, menyatakan bahwa siapapun dapat berdoa di sana tanpa aturan khusus mengenai urutan prosesi.

Umumnya, pengunjung mulai berdoa dari pintu masuk altar, di mana terdapat hiolo, tempat untuk menancapkan hio yang terbuat dari kuningan. Setelah itu, mereka melanjutkan ke dalam untuk berdoa kepada arwah suci atau Chung Sien Bing. 

Sri menjelaskan bahwa mereka yang akan melakukan perjalanan biasanya berdoa kepada Dewa Thian Sang Sing Bo, yang diyakini dapat memberikan keselamatan dalam perjalanan, sedangkan mereka yang ingin bisnisnya lancar biasanya berdoa kepada Dewa Kwan Kong.

Pengunjung juga bebas memberikan persembahan sesuai keinginan mereka. Persembahan yang umum dibawa meliputi buah apel, yang melambangkan keselamatan, buah pir yang berarti kelancaran, dan buah jeruk yang melambangkan kemuliaan. 

Sri menegaskan bahwa apapun boleh diberikan, bahkan air putih pun tidak masalah, asalkan dilakukan dengan kerelaan.

Struktur bangunan klenteng sendiri tidak banyak diubah; hanya dilakukan beberapa renovasi untuk menjaga kekuatannya, seperti pemasangan keramik di dinding untuk menghindari kerusakan akibat banjir. Konon, daerah ini dahulu sering mengalami banjir, sehingga dinding sering terendam dan lumutan.

Saat ini, Klenteng Tjoe Hwie Kiong tidak hanya dikunjungi oleh warga Tionghoa untuk berdoa. Banyak pengunjung dari latar belakang berbeda datang untuk belajar tentang budaya dan sejarah yang terkandung dalam klenteng ini. (Sumber: kedirikota.go.id)

 

You Might Also Like

Rumah Limas, Simbol Status Sosial dan Prestise di Palembang

Jejak Stasiun Kereta Api di Indonesia yang Tak Lagi Beroperasi

Jipeng, Kolaborasi Tanji dan Topeng dalam Orkes Betawi

Dayak Wehea Penjaga Hutan Tropis Kalimantan

Keindahan Kain Tenun Kamohu Buton Asal Sulawesi Tenggara

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Sindudarsono Sudjojono, Pionir Seni Lukis Modern
Next Article Aquabike Championship Danau Toba Penting untuk Budaya Lokal
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?