Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta terus memantau kualitas udara di Jakarta. Kepala DLH DKI Asep Kuswanto mengatakan, DLH Provinsi DKI Jakarta memantau dari 31 Stasiun Pemantau Kualitas Udara yang tersebar di sejumlah lokasi.
“Informasi terkait kualitas udara bisa diakses oleh masyarakat melalui udara.jakarta.go.id. Platform tersebut menampilkan data dari 31 Stasiun Pemantau Kualitas Udara Jakarta, yaitu milik DLH Provinsi DKI Jakarta; Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); World Resources Institute (WRI) Indonesia; dan Vital Strategies,” ujar Asep, di Jakarta, Selasa (19/11/2024) dikutip dari Infopublik.id.
Asep memaparkan, DLH Provinsi DKI Jakarta juga terus menerapkan sejumlah langkah penanggulangan pencemaran udara. Di antaranya, memperketat pengawasan sumber emisi bergerak dan tidak bergerak, serta mendorong pemerintah daerah di sekitar Jakarta lebih ketat mengawasi industri di wilayahnya yang berpotensi mencemari udara dan anginya mengalir ke Jakarta.
Baca juga: Trem Batavia, Primadona Transportasi Jakarta Tempo Dulu
DLH Provinsi DKI Jakarta juga memperketat uji emisi bagi pemilik kendaraan bermotor di Jakarta, dan mengampanyekan perubahan perilaku masyarakat dengan beralih menggunakan transportasi publik, bersepeda, atau berjalan kaki untuk mobilisasi jarak dekat. Pelibatan masyarakat berperan penting dapat memperbaiki kualitas udara.
Sementara itu, Pakar Kualitas Udara dari Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (FMIPA IPB), Ana Turyanti mengungkapkan, 19 November 2024, pukul 07.00-11.00 WIB, kualitas udara di sekitar Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, menunjukkan konsentrasi PM2.5 rata-rata 55 µg/m3, maksimum 57 µg/m3.
“Jika diasumsikan masyarakat terpapar 5 jam, maka hasil analisis karakterisasi risiko kesehatan non-karsinogenik dari menghirup udara tersebut sebesar 0.4. Nilai ini masih <1, sehingga aktivitas pada hari ini di sekitar GBK dalam kondisi aman. Perhitungan tersebut diasumsikan bahwa masyarakat rata-rata berusia dewasa dengan berat badan rata-rata sekitar 59 kilogram,” ujar Ana.