Jaka Tarub, tokoh legenda dalam cerita rakyat Jawa, dikenal sebagai bagian dari kisah Babad Tanah Jawi. Cerita ini menjadi salah satu narasi penting yang melatarbelakangi asal-usul dinasti Mataram.
Nama Jaka Tarub sering dikaitkan dengan Desa Widodaren di Ngawi, Jawa Timur. Nama desa ini dipercaya berasal dari kata widodari atau bidadari, sesuai dengan legenda yang menyebutkan adanya sendang tempat para bidadari mandi.
Hingga kini, makam Jaka Tarub masih menjadi petilasan yang dihormati.
Legenda Jaka Tarub
Jaka Tarub adalah pemuda gagah dengan kesaktian luar biasa. Suatu hari, ia menyaksikan tujuh bidadari tengah mandi di sebuah telaga di kawasan gunung keramat.
Tertarik pada kecantikan salah satu bidadari bernama Nawangwulan, Jaka Tarub mencuri selendangnya, yang merupakan kunci bagi Nawangwulan untuk kembali ke kahyangan.
Ketika Nawangwulan menyadari kehilangan selendangnya, ia terpaksa tetap di dunia manusia. Jaka Tarub berpura-pura menawarkan bantuan, dan akhirnya mereka menikah.
Dari pernikahan itu lahir seorang putri bernama Nawangsih.
Namun, pernikahan mereka tidak sepenuhnya bahagia karena Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan untuk membuka penutup nasi yang telah mengungkap rahasia kebiasaan uniknya dalam memasak.
Rahasia Nawangwulan yakni setiap kali memasak, ia hanya mengambil satu butir padi dari lumbung mereka. Tetapi ajaibnya padi itu selalu cukup untuk seluruh keluarga.
Setelah kesaktiannya hilang akibat pelanggaran itu, persediaan gabah mereka menipis.
Dalam proses itu, Nawangwulan menemukan selendangnya yang disembunyikan Jaka Tarub. Marah dan kecewa, Nawangwulan memutuskan kembali ke kahyangan, meninggalkan Jaka Tarub dan Nawangsih. Meski begitu, ia tetap kembali sesekali untuk menyusui Nawangsih.
Warisan Jaka Tarub
Usai berpisah dengan Nawangwulan, Jaka Tarub menjadi pemuka desa dengan gelar Ki Ageng Tarub. Hubungannya dengan Kerajaan Majapahit tercermin dari persahabatannya dengan Raja Brawijaya.
Peristiwa penting dalam hidupnya yakni kedatangan Bondan Kejawan, anak angkat Brawijaya, yang kemudian menikahi Nawangsih. Keturunan mereka menjadi leluhur dari Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.
Legitimasi Dinasti Mataram
Meski Babad Tanah Jawi menyimpan banyak elemen mitos, cerita Jaka Tarub memiliki daya tarik tersendiri karena menggambarkan perpaduan manusia dan makhluk kahyangan.
Kisah ini dianggapsebagai upaya memperkuat legitimasi posisi dinasti Mataram di masyarakat Jawa.
Nawangsih, sebagai tokoh campuran manusia dan bidadari, menjadi simbol keistimewaan garis keturunan raja-raja Mataram. Kisah Jaka Tarub juga memperlihatkan nilai-nilai moral, seperti akibat dari pelanggaran janji, cinta yang harus dibayar dengan pengorbanan, serta hubungan antara manusia dan alam gaib yang penuh misteri.
Hingga kini, legenda ini terus dikenang sebagai salah satu cerita rakyat yang memperkaya budaya dan sejarah Jawa. (Dari berbagai sumber)