By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Lodong Gejlig Tasikmalaya, Alat Musik dari Wadah Air Nira
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Lodong Gejlig Tasikmalaya, Alat Musik dari Wadah Air Nira
Warisan Budaya

Lodong Gejlig Tasikmalaya, Alat Musik dari Wadah Air Nira

Anisa Kurniawati
Last updated: 03/12/2024 08:43
Anisa Kurniawati
Share
Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id
SHARE

Kesenian Lodong Gejlig lahir dari masyarakat Sunda Di Jawa Barat yang sebagian besar mata pencaharianya adalah nyadap kawung (mengambil air nira atau aren).  Senin Lodong Gejlig lahir dari alat musik tradisional dari Tasikmalaya yang terbuat dari bambu wadah air nira.

Kesenian Lodong Gejlig ini mulai berdiri pada tahun 1991. Nama Lodong Gejlig berasal dari dua kata, yaitu lodong yang berarti bambu besar yang digunakan sebagai wadah air nira. Sedangkan gejlig berarti dihempaskan, karena cara mainnya dihempaskan ke tanah. 

Dihempaskan ke Tanah

Dilansir dari “Jurnal Analisis Kesenian Lodong Gejlig Di Kampung Sukatani Desamandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya” oleh Vivi Hanifah Nurbaeti dkk, kesenian ini mulanya diperkenalkan Elon Dahlan.

Pada saat itu, alat musik ini dikolaborasikan  dengan Gitar yang terbuat dari seng dan dinamai tardong. Kesenian ini kemudian diteruskan Usep Tatan Turyana dan namanya diubah menjadi Lodong Gejlig. Hal ini karena cara memainkan dengan dihempaskan ketanah. 

Usep kemudian mendirikan Sanggar Sekar Galih untuk mewadahi kesenian ini. Hingga akhirnya kesenian ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas. 

Baca juga: Melihat Kejayaan Cirebon di Gedung Pusaka Keraton Kanoman

Lahir dari Petani

Lodong Gejlig sendiri lahir dari masyarakat Sunda di Sukatani, Desa Mandalagiri. Masyarakat disana sebagian besar mata pencahariannya adalah nyadap kawung. Untuk menyadap kawung ini masyarakat membuat sebuah alat dari bambu yang kemudian disebut sebagai lodong. 

Supaya tidak ada kebocoran, para petani akan menghempaskan dulu ketanah, jika tidak ada bunyi, maka lodong itu ada kebocoran. Dari sinilah masyarakat memiliki ide untuk menciptakan sebuah kesenian sebagai hiburan melepaskan kepenatan setelah seharian bekerja.

Alat musik lodong gejilig menghasilkan nada dari ketukan lodong ke tanah, karena cara memainkan dengan dihempaskan atau digejligkan ketanah.  Lodong berukuran besar akan menghasilkan nada rendah, sedangkan lodong yang berukuran kecil akan menghasilkan nada yang lebih tinggi.

Baca juga: Tradisi Badabus Dari Ritual Kebatinan Ke Seni Beladiri

Warisan Budaya

Kesenian ini dimainkan secara berkelompok, baik laki-laki maupun perempuan. Satu kelompok bisa terdiri dari 5 hingga 7 orang. Pertunjukan ini biasanya ditampilkan pada ruangan terbuka yang beralaskan tanah atau benda padat agar dapat memberikan bunyi.

Tadinya kesenian ini hanya di tampilkan dengan lodong saja. Namun seiring perkembangannya, kesenian ini mulai dimainkan bersama dengan gamelan, terompet, angklung, hingga keyboard. 

Lodong gejlig biasanya digunakan sebagai mengisi berbagai acara seperti hajatan, prosesi  penerimaan tamu pejabat, syukuran panen raya, dan hajat laut. Lagu yang dimainkan biasanya berupa tembang-tembang sunda. 

Lodong Gejlig meski mengalami pasang surut namun tetap eksis dilestarikan. Kesenian ini telah menjadi bagian warisan budaya yang ada di Indonesia. Maka dari itu penting sekali menjaga keaslian kesenian ini. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Pathol Sarang, Gulat Tradisional Asli Rembang

Rumah Hakka Hadirkan Pesona Arsitektur Tiongkok

Congklak, Permainan Tradisional yang Penuh Filosofi

Jipeng, Kolaborasi Tanji dan Topeng dalam Orkes Betawi

Tor-Tor Sombah, Tarian Penghormatan Kepada Raja

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Melihat Kejayaan Cirebon di Gedung Pusaka Keraton Kanoman
Next Article Penemuan Jejak Peradaban Majapahit di Gempol Pasuruan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Kota Tua Padang
Kawasan Kota Tua Padang Direvitalisasi, Siap Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia
Berita 22/05/2025
Talang Londo
Talang Londo: Wisata Sejarah Bernuansa Belanda di Magelang
Pariwisata 22/05/2025
wamenpar
Wamenpar Tegaskan Pungli Tak Boleh Terjadi di Destinasi Wisata
Berita 22/05/2025
Sistem Penerimaan Murid Baru
Kemendikdasmen Resmi Terapkan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk Tahun Ajaran 2025/2026
Berita 22/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?