By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Lokananta, Wisata Jejak Musik Indonesia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Lokananta, Wisata Jejak Musik Indonesia
Pariwisata

Lokananta, Wisata Jejak Musik Indonesia

Ridwan
Last updated: 18/10/2024 23:52
Ridwan
Share
5 Min Read
Dua musisi sedang bermain musik dipanggung Lokananta, Solo, Jawa Tengah
Musisi sedang beraksi di panggung musik Lokananta. Foto: IG Lokananta Musik
SHARE

Bila kita berwisata ke Solo, tepatnya di Jl Ahmad Yani nomor 387, Surakarta, Jawa Tengah, atau sekitar dua kilometer dari Stasiun Purwosari, kita akan menemukan bangunan cagar bertuliskan “Lokananta”. Bangunan ini merupakan studio rekaman musik legendaris yang berada di Solo, Jawa Tengah. Nama studio ini tidak asing lagi bagi penggemar musik era 1960 hingga 1990-an.

 

Lokananta dibangun atas usul Kepala Jawatan Radio Republik Indonesia (RRI) R Maladi bersama Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero pada 1956. Lokananta dibangun untuk merekam materi siaran yang akan disiarkan RRI dalam bentuk piringan hitam. Arsip-arsip pidato kenegaraan Bung Karno pun tersimpan di sini.

 

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, Lokananta sempat tertinggal sampai vakum dan terbengkalai pada era 1990-an. Tapi kini studio rekaman legendaris ini dapat kembali dikunjungi oleh masyarakat umum.

 

Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama dan terbesar di Indonesia yang didirikan pada 1956. Sebagai “Titik Nol” musik Indonesia, studio ini sempat mengalami kejayaan di tahun 1970-1980-an dengan mengorbitkan sejumlah legenda musik Indonesia, seperti Gesang, Waldjinah, Bing Slamet, Titiek Puspa, dan Sam Saimun.

 

Di dalam gedung terdapat sebuah ruangan yang menyediakan penjualan CD (compact disk) dan kaset hasil alih media dari piringan hitam. Sederet rekaman lagu-lagu artis top seperti Koes Plus, The Steps, Waldjinah, dan lain-lainnya tersedia di sana.

 

Terdapat juga ruang koleksi mesin-mesin rekaman lama seperti, mesin quality control keluaran 1980, pattern generator keluaran tahun 1980, mesin pemotong pita keluaran tahun 1980, VHS Video Recorder keluaran tahun 1990, pemutar piringan hitam keluaran tahun 1970, dan power amplifier keluaran 1960.

Baca Juga: Keroncong, Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia

Beberapa kaset VHS (Video Home System) berisi rekaman pertunjukan seni ketoprak yang disiarkan di TVRI pada masa lalu, berjajar di sebelah televisi bermerek Sony dan di atas pemutar VHS bermerek National. Aneka macam piringan hitam berserta alat pemutarnya keluaran London dan Swiss bahkan masih dapat diputar dan digunakan.

 

Saat ini, terdapat sedikitnya 53 ribu keping piringan hitam yang tersimpan di Lokananta. Awalnya, koleksi itu merupakan produk piringan hitam yang belum laku terjual. Sedangkan saat ini benda-benda itu menjadi koleksi yang memang tidak akan dijual.

 

Upaya pelestarian terhadap isi dari koleksi dilakukan dengan melakukan perekaman ulang dalam bentuk digital. Sejak awal berdiri, Lokananta mempoduksi dan menduplikasi piringan hitam, lalu berkembang menjadi audio kaset.

 

Kemudian, Lokananta berkembang menjadi studio rekaman. Saat itu, musik yang banyak direkam ialah lagu daerah, gending karawitan, hingga keroncong.

 

Ukuran studio yang tergolong luas membuat gedung itu juga sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat live recording, terutama gamelan.  Tak cuma musik dan lagu, Lokananta juga merekam audio seni pertunjukan, seperti dongeng, cerita rakyat, wayang dan ketoprak.

 

Pelestarian Budaya Indonesia

 

Wajah baru Lokananta saat ini, tak terlepas dari peran pemerintah merevitalisasi asset-aset yang masih bisa bermanfaat dan berdampak bagi masyarakat.

 

“Saya mengunjungi Lokananta tahun lalu (2022), dan sangat prihatin dengan kondisinya. Padahal nilai historis dan kekayaan intelektual di Lokananta sangat potensial untuk diberdayakan. Melalui program optimalisasi aset-aset yang ada di BUMN, kita revitalisasi agar dapat memberikan manfaat dan dampak bagi masyarakat,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir di Solo (3/6/2023) seperti dikutip dari Indonesia.go.id.

 

Kementerian BUMN melalui PT Danereksa (Persero) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) kemudian melakukan revitalisasi Lokananta yang memiliki luas 2,1 hektare. Pembangunan fisik dimulai pada November 2022 yang ditandai dengan perhelatan Lokananta Reload pada 27 November 2022, dan dapat diselesaikan dalam waktu hanya enam bulan.

 

Baca Juga: Harry Roesli, Doktor Musik Eksentrik

 

Lokananta versi baru kini memiliki lima pilar utama, yaitu museum/galeri studio rekaman, arena pertunjukan, area kuliner, dan galeri UMKM. Langkah revitalisasi dan optimalisasi juga selaras dan didukung penuh oleh Pemerintah Kota Surakarta, di mana Lokananta menjadi salah satu dari 17 prioritas pembangunan Kota Surakarta.

 

Erick mengapresiasi langkah Danareksa melalui PPA yang telah menghidupkan dan mengembangkan kembali studio legendaris ini. Sebagai salah satu cagar budaya, dia berharap, Lokananta dapat menjadi penyambung antargenerasi, dari para musisi senior, hingga para musisi muda yang potensial untuk dikembangkan bakatnya.

 

“Saya mengajak rekan-rekan musisi dan seniman, dengan dukungan dari BUMN, untuk dapat memanfaatkan sebaik-baiknya fasilitas yang tersedia. Gunakan untuk berkolaborasi dan berkarya, sehingga Lokananta dapat memberikan dampak sosial, ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia,” ujar Erick Thohir.

 

You Might Also Like

Jejak Sejarah Kota Padang Di Galeri Arsip Statis

Mengenal Sejarah Geologi di Museum Karst Wonogiri

Dibangun 4 Abad, Gua Sunyaragi Simpan Catatan Sejarah

Mengungkap Sejarah Waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat

Candi Cangkuang, Jejak Warisan Hindu di Tanah Pasundan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Tondano, Magnet Baru Wisata Dunia di Minahasa
Next Article Seni Biduk Sayak Jambi Simbol Harmonisasi
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?