Setiap tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Khongcu Lek (Sekitar Bulan Juni), masyarakat peranakan Tionghoa di sekitar Sungai Cisadane, Tangerang, Jawa Barat merayakan Hari Raya Peh Cun.
Perayaan ini penuh dengan berbagai tradisi, salah satunya adalah lomba perahu naga, yang telah menjadi simbol perayaan sekaligus penghormatan terhadap nilai sejarah dan kebudayaan Tionghoa.
Asal Usul Tradisi Lomba Perahu Naga
Dilansir dari Tempo, lomba perahu naga berakar pada legenda Qu Yuan, menteri besar Negeri Cho di Zaman Dinasti Ciu. Qu Yuan, yang dikenal sebagai sosok patriotik dan berintegritas, diusir dari negerinya akibat fitnah dari Negeri Chien.
Setelah mendengar kabar kehancuran Ibukota Negeri Cho, Qu Yuan, dalam duka mendalam, menulis sajak “Li Sao” yang mencurahkan cinta pada tanah air. Ia kemudian mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke Sungai Bek Lo.
Kisah heroik ini menjadi inspirasi bagi tradisi Peh Cun. Pada tahun berikutnya, masyarakat mulai menghormati Qu Yuan dengan menyebarkan beras ke sungai dan mengadakan lomba perahu naga sebagai simbol usaha mencari jenazahnya.
Tradisi ini berkembang menjadi bagian penting dari perayaan Peh Cun hingga kini.
Lomba Perahu Naga di Sungai Cisadane
Melansir dari smartcity.tangerangkota.go.id, di Sungai Cisadane, tradisi lomba perahu naga menjadi ajang yang paling dinantikan. Empat kelompok peserta bertanding dengan semangat di perahu berbentuk naga yang dihias indah.
Mereka berlomba menempuh jarak 500 meter untuk memperebutkan gelar juara. Setiap pertandingan mempertemukan dua kelompok, dan pemenang dari masing-masing putaran akan diadu kembali hingga terpilih satu kelompok juara.
Selain menjadi hiburan, lomba ini juga memiliki nilai kompetitif. Panitia menyediakan hadiah uang tunai bagi pemenang, menjadikannya daya tarik tersendiri bagi peserta dan penonton.
Makna Lomba Perahu Naga
Lomba perahu naga bukan sekadar kompetisi, tetapi juga refleksi penghormatan sejarah dan simbolisasi semangat persatuan. Tradisi ini menjadi pengingat nilai keberanian, dedikasi, dan cinta tanah air seperti diperlihatkan Qu Yuan.
Dengan terus melestarikan lomba perahu naga, masyarakat berharap tradisi ini tidak hanya menjadi warisan lokal, tetapi juga mampu membawa tim perahu naga lokal ke kancah kejuaraan dunia.
Hal ini mencerminkan semangat menjaga kebudayaan sekaligus membawanya ke panggung global.
Menjaga Tradisi, Merajut Masa Depan
Tradisi lomba perahu naga di Sungai Cisadane menjadi simbol betapa kuatnya akar kebudayaan Tionghoa dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan terus menyelenggarakan acara ini, generasi muda diharapkan semakin mencintai dan menghargai warisan leluhur mereka.
Hari Raya Peh Cun bukan hanya perayaan menjadi momen untuk mengenang sejarah, mempererat persaudaraan, dan merayakan keberagaman yang ada di Indonesia.
Lomba perahu naga adalah wujud nyata bagaimana tradisi mampu bertahan dan terus relevan dalam kehidupan modern. (Diolah dari berbagai sumber)