By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mandau, Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional Suku Dayak
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Mandau, Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional Suku Dayak
Warisan Budaya

Mandau, Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional Suku Dayak

Achmad Aristyan
Last updated: 10/01/2025 13:43
Achmad Aristyan
Share
Mandau yang menjadi senjata tradisional Suku Dayak dan dipercaya memiliki unsur magis. Foto: belajar.kemdikbud.go.id
SHARE

Senjata tradisional suku Dayak, Mandau, tidak hanya dikenal karena keindahan ukirannya tetapi juga karena daya magisnya yang diyakini masyarakat Dayak.

Dalam buku Manusia Daya (1987) karya Michael Coomans, disebutkan bahwa kehidupan masyarakat Dayak erat kaitannya dengan kepercayaan terhadap tradisi adat.

Kejadian mistis dan hal-hal supranatural menjadi bagian penting dari kepercayaan mereka. Dalam konteks ini, Mandau tidak hanya berfungsi sebagai senjata tetapi juga menjadi benda sakral yang dipercayai menyimpan roh nenek moyang.

Anatomi Mandau dan Makna Filosofisnya

Melansir dari detik.com, Mandau terdiri atas dua bagian utama, yaitu bilah dan sarung (disebut kumpang). Bilah Mandau dibuat dari batu gunung yang mengandung besi, menambah kekuatannya secara fisik dan spiritual. 

Seperti halnya keris di Jawa, pembuatan Mandau memerlukan keterampilan khusus yang hanya dimiliki pandai besi terpilih. Selain keahlian teknis, pandai besi ini juga dipercaya mampu “mengisi” Mandau dengan roh leluhur, menjadikannya sumber kekuatan bagi pemiliknya.

Bagian bilah Mandau berbentuk menyerupai burung tingang, yang dianggap suci masyarakat Dayak. Ukiran pada bilah Mandau pun berbeda untuk setiap senjata, memberikan sentuhan personal sekaligus simbol spiritual bagi pemiliknya. 

Sementara itu, kumpang terbuat dari kayu yang dilapisi tanduk rusa dan dihiasi ukiran. Ukiran ini diyakini mampu mengusir binatang buas. 

Pada bagian pangkalnya, terdapat rajutan rotan sebagai tali pengait, sementara di sisi sarungnya terdapat kantung kecil yang sering diisi pisau pahat atau senjata tradisional lain yang lebih kecil.

Mandau dan Ambang: Perbedaan Nilai dan Fungsi

Dilansir dari Wikipedia, meski bentuknya serupa, Mandau dan ambang berbeda. Ambang merupakan tiruan Mandau yang terbuat dari besi biasa dan tidak mengandung elemen sakral. 

Ukirannya pun tidak dilapisi emas seperti Mandau asli, dan harganya jauh lebih murah. Sebilah ambang dapat dibeli dengan harga sekira Rp300.000-an, sementara Mandau asli bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Perbedaan ini mencerminkan nilai spiritual dan historis yang terkandung dalam Mandau.

Daya Magis dan Ilmu Penyang

Kepercayaan masyarakat Dayak terhadap Mandau melampaui nilai material. Pemilik Mandau dipercaya memiliki penyang, yaitu ilmu warisan leluhur untuk melindungi diri dalam peperangan. 

Ilmu ini diyakini membuat pemegang Mandau kebal terhadap senjata apapun, menambah auranya sebagai simbol kekuatan dan keberanian.

Mandau sebagai Warisan Budaya

Mandau menjadi simbol budaya yang merepresentasikan kepercayaan, nilai, dan tradisi masyarakat Dayak. Ukirannya yang indah dan kepercayaan akan daya magisnya menjadikannya benda budaya yang memiliki nilai historis tinggi. 

Sebagai warisan leluhur, senjata tradisional Mandau mengingatkan generasi muda akan pentingnya menjaga tradisi dan kebudayaan yang sarat makna.

Dengan semua keunikannya, Mandau tidak hanya memukau dari segi estetika tetapi juga menjadi bukti kekayaan tradisi dan spiritualitas suku Dayak. 

You Might Also Like

Mi Ongklok Longkrang: Ikon Kuliner Wonosobo Sejak 1975

Seni Pantomim di Indonesia, Dari Warisan Budaya Hingga Inovasi

Batik Motif Indonesia 4.0: Simbol Industri Masa Depan

Tari Maengket Simbolisasi Syukur dalam Budaya Minahasa

Batik Garutan Enggan Ditelan Zaman

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Pakaian Adat Suku Asmat Papua, Dari Alam untuk Manusia
Next Article Bukit Menumbing, Lokasi Pengasingan Tokoh Nasional Indonesia
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?