Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu masjid tertua yang berada di Pulau Madura, Jawa Timur. Bangunan ini menggabungkan arsitektur dari Persia, Arab, India, Cina, dan Jawa.
Tidak hanya menjadi tempat ibadah, masjid ini juga saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya Madura.
Dikenal juga sebagai Masjid Jamik Keraton Sumenep, bangunan ini sudah dibangun di era pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI.
Arsiteknya adalah Lauw Pia Ngo, seorang lelaki beretnis Tionghoa yang juga membangun keraton.
Salah satu keunikan dari masjid ini yaitu setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW terdapat kebiasaan menggelar acara makan bersama di masjid.
Makanan yang disajikannya yaitu nasi kebuli dengan paduan rempah Timur Tengah dan Sumenep.
Arsitektur Khas
Keunikan lainnya yaitu arsitektur masjid yang memadukan lima budaya. Arsitektur ini banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Eropa, Jawa, dan Madura.
Tak hanya itu, kesan arsitektur Tiongkok tampak pada pintu gerbang masuk utama masjid. Desain pintu gerbang di tembok ini dibuat memanjang, sehingga mengesankan ke kokohan dan keagungan, mirip dengan tembok China.
Selain itu, interior masjid mulai dari dinding mimbar, mihrab, dan maksurah di masjid itu dilapisi keramik porselen dari Tiongkok.
Meski demikian, bangunan itu tetap didominasi budaya Jawa. Misalnya, pada bagian atap. Bentuknya bergaya tajug kerucut lancip menjulang tinggi. Atap model ini banyak diterapkan pada bentuk candi kuno warisan peradaban Jawa.
Sedangkan budaya Madura terlihat dari pilihan warna pada pintu utama dan jendela masjid. Pengaruh unsur Arab dan Persia dapat terlihat pada peletakan kubah kecil di atap bangunan di sisi kanan dan kiri halaman masjid.
Dahulu, tepat di atas imam terdapat hiasan pedang. Ada dua buah pedang di sana, pedang perak Arab dan Cina. Sayangnya, pedang Cina itu hilang.
Simbol dan Makna Masjid Agung Sumenep
Arsitektur Masjid Agung Sumenep juga memiliki simbol dan makna tersendiri. Misalnya, pada pemasangan pagar tembok yang mengelilingi masjid. Tujuannya agar para jemaah berhati-hati saat badah salat dan mendengarkan khotbah.
Pintu masjid berbentuk gapura memiliki filosofi berupa harapan dari sang penguasa atau panembahan kepada rakyatnya, ketika menjalankan ibadah.
Di atas gapura, terdapat ornamen berbentuk dua lubang tanpa penutup yang diibaratkan dua mata manusia yang melihat. Ada juga ornamen rantai, simbol agar kaum muslim menjaga ikatan ukuwah islamiyah agar tidak bercerai-berai.
Lalu ke atas lagi, juga terdapat ornamen segi lima memanjang ke atas yang diibaratkan sebagai manusia yang sedang duduk dengan rapi menghadap arah kiblat. (Dari berbagai sumber)