By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Menelusuri Jejak Arkeologi Buddha di Situs Kalibukbuk Bali
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Menelusuri Jejak Arkeologi Buddha di Situs Kalibukbuk Bali
Warisan Budaya

Menelusuri Jejak Arkeologi Buddha di Situs Kalibukbuk Bali

Achmad Aristyan
Last updated: 10/01/2025 08:35
Achmad Aristyan
Share
Gapura dari Situs Kalibukbuk. Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id
SHARE

Situs Kalibukbuk, yang juga dikenal sebagai Candi Buddha Kalibukbuk, merupakan salah satu peninggalan arkeologi sejarah penting di Pulau Dewata, Bali.

Situs ini ditemukanpertamaka kali pada September 1994 di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, sekira 300 meter ke arah selatan dari jalan raya.

Temuan ini menjadi saksi keberadaan agama Buddha di wilayah Bali pada masa lampau.  

Sejarah Penemuan  

Melansir dari Kompas, penemuan Situs Kalibukbuk diawali pada tahun 1991 ketika penduduk setempat menggali kolam renang di belakang Hotel Angsoka. Dari penggalian itu, ditemukan sejumlah stupika dan meterai tanah liat. 

Tahun 1994, seorang warga bernama I Nengah Mawa menemukan benda-benda aneh di dinding sumur tua miliknya yang longsor. Temuan itu berupa struktur batu bata yang dicurigai sebagai bagian dari bangunan kuno.  

Penemuan ini dilaporkan pemilik tanah, Anak Agung Ngurah Sentanu, kepada Dinas Kebudayaan setempat. Balai Arkeologi Denpasar melakukan penelitian dari 1994 hingga 2002, melibatkan survei dan ekskavasi dalam enam tahap. 

Hasilnya mengungkap keberadaan sebuah kompleks candi yang tertimbun sekitar 1,5 meter di bawah permukaan tanah.  

Kompleks Candi Kalibukbuk  

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, kompleks Candi Kalibukbuk terdiri tiga bangunan utama.

Struktur terbesar memiliki fondasi berbentuk oktagonal (segi delapan) yang berada di tengah, diapit dua candi perwara berbentuk segi empat sama sisi dengan panjang sisi masing-masing 2,70 meter. 

Bangunan ini menggunakan batu bata dengan dimensi 10x20x40 cm. Sayangnya, sebagian besar struktur stupa telah rusak dan hanya bagian dasarnya yang tersisa. 

Stupa ini diduga tertimbun akibat banjir lumpur tahun 1815 atau bencana alam sebelumnya.

Berdasarkan penelitian, kompleks ini berasal dari abad ke-8 hingga ke-14 Masehi dan menghadap ke tenggara, sebagaimana terlihat dari tangga pada sisi induk candi.

Candi Kalibukbuk sebagai tempat pemujaan. Foto: BPCB Bali

Temuan Lain  

Selain struktur candi, ditemukan pula berbagai artefak seperti batu bata berhias motif sulur-suluran dan relief Ghana, serta 35 buah meterai tanah liat.

Meterai ini berisi mantra Buddhistis yang ditulis huruf pre-Nagari dalam bahasa Sanskerta. Mantra ini mirip dengan yang ditemukan di Pejeng dan diperkirakan dari abad VIII-IX Masehi.

Fragmen meterai lainnya memperlihatkan relief Dhyani Bodhisattwa dan Buddha, diapit dua Bodhisattwa bertangan empat dalam posisi duduk di atas padmasana. Artefak-artefak ini kini disimpan di Museum Provinsi Bali.  

Sinkretisme Siwa-Buddha  

Keberadaan Ganesha pada stupa menunjukkan adanya sinkretisme antara kepercayaan Siwa dan Buddha di situs ini. Hal ini mencerminkan sikap toleransi dan keharmonisan antara dua keyakinan yang berbeda pada masa itu.  

Batas dan Lokasi  

Situs Kalibukbuk mencakup area seluas 12 are yang telah dikonservasi, dengan batas-batas lokasi meliputi permukiman penduduk di bagian sebelah selatan.

Kemudian jalan penghubung Desa Malaka dengan pegunungan di sebelah barat, lahan perkebunan di sebelah timur, dan kawasan pantai Lovina yang berjarak sekitar 900 meter di sebelah utara.

Resmi ditetapkan sebagai cagar budaya pada 17 Januari 2009, situs ini menjadi salah satu simbol penting yang mencerminkan sejarah keberadaan agama Buddha di Bali. 

You Might Also Like

Mencicipi Minuman Penghangat Bir Pletok Khas Betawi

Mungsolkanas, Masjid Berusia 1,5 Abad di Kota Bandung

Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi

Geblek Kulon Progo Kuliner Khas dengan Cita Rasa Unik

Pempek, Warisan Budaya Tak Benda Khas Palembang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Merasakan Cita Rasa Pedasnya Sambal Matah Khas Bali
Next Article Pakaian Adat Suku Asmat Papua, Dari Alam untuk Manusia
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?