Museum Sandi merupakan tempat untuk mengenalkan sejarah persandian kepada masyarakat. Lokasinya berada di Jalan Faridan M. Noto No. 21, Kotabaru, Yogyakarta.
Bangunan bersejarah ini dulunya berfungsi sebagai rumah tinggal masyarakat Eropa pada masa kolonial. Kemudian sempat difungsikan sebagai kantor Kementerian Luar Negeri RI. Hingga menjadi Museum Sandi tahun 2014.
Sejarah Berdirinya Museum Sandi
Gagasan awal pendirian Museum Sandi berawal dari keinginan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dia ingin menempatkan koleksi persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta.
Hal ini disambut baik Kepala Lembaga Sandi Negara, yang lalu membentuk tim khusus tahun 2005.

Museum ini resmi dibuka 29 Juli 2008 di lantai dasar Museum Perjuangan Yogyakarta. Tahun 2014, dipindahkan ke lokasi saat ini demi meningkatkan layanan bagi pengunjung.
Tujuan utama didirikannya Museum Sandi adalah untuk mengenalkan sejarah persandian kepada masyarakat, melestarikan nilai-nilai perjuangan di bidang sandi.
Selain itu meningkatkan kesadaran akan keamanan informasi dan keamanan siber di era modern.
Koleksi Museum Sandi
Museum Sandi menampilkan berbagai koleksi langka dan unik yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Koleksi ini termasuk mesin persandian, replika alat sandi, patung, dokumen persandian, serta berbagai sistem sandi yang digunakan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu koleksi pentingnya adalah diorama Rumah Sandi di Dusun Dukuh, Kulonprogo.
Diorama ini menampilkan peristiwa penting, seperti pengangkatan dr. Roebiono Kertopati sebagai Kepala Dinas Code pada tahun 1946, yang kemudian menjadi cikal bakal Lembaga Sandi Negara.

Pada masa agresi militer Belanda I dan II, dr. Roebiono berperan penting dalam penyusunan sistem sandi yang lebih aman bagi Republik Indonesia. Saat itu, berbagai instansi masih menggunakan sandi peninggalan kolonial yang mudah diretas pihak Belanda.
Oleh karena itu, dr. Roebiono mengembangkan sistem sandi baru yang lebih sulit dipecahkan. Salah satu adalah “Buku Code C”, yang berisi 10.000 kata sandi dalam bahasa Belanda dan Inggris.
Museum ini juga menampilkan berbagai trik unik yang digunakan petugas sandi dan kurir dalam menyampaikan pesan rahasia. Beberapa di antaranya adalah penyelipan kertas pesan di dalam stang sepeda onthel atau makanan kecil agar tidak mudah ditemukan tentara Belanda saat razia.
Eksplorasi Dunia Kriptografi
Selain koleksi benda bersejarah, Museum Sandi juga menghadirkan berbagai mesin sandi dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Vatikan. Pengunjung dapat melihat perkembangan sistem sandi dari masa ke masa.
Mulai dari sandi Skytale yang digunakan pada zaman Yunani Kuno hingga metode Book Cipher yang menggunakan kode angka sebagai kunci pesan.
Salah satu metode sandi unik yang dipamerkan adalah “sandi tattoo” dari tahun 499 SM.
Metode ini digunakan tiran Yunani, Histiaeus. Dalam metode ini, pesan rahasia ditato di kepala seorang budak yang telah dicukur. Museum ini juga menyediaka berbagai fasilitas interaktif untuk belajar tentang kriptografi.
Dengan berbagai koleksi dan aktivitas edukatif yang menarik, Museum Sandi menjadi destinasi wisata sejarah dan teknologi yang patut dikunjungi di Yogyakarta.