By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengapa Istilah “Jawa” Identik dengan Jateng, DIY, dan Jatim?
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Mengapa Istilah “Jawa” Identik dengan Jateng, DIY, dan Jatim?
Warisan Budaya

Mengapa Istilah “Jawa” Identik dengan Jateng, DIY, dan Jatim?

Achmad Aristyan
Last updated: 27/01/2025 03:07
Achmad Aristyan
Share
Ilustrasi masyarakat Jawa. Foto: suaramerdeka.com
SHARE

Istilah “Jawa” kerap merujuk pada wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Fenomena ini menarik perhatian warganet, terutama yang mempertanyakan mengapa daerah lain di Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten, tidak dianggap sebagai bagian dari “Jawa” dalam konteks tertentu.  

Beberapa warganet mencatat bahwa masyarakat di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten sering menggunakan istilah “Jawa” untuk menyebut daerah-daerah di Jawa bagian tengah dan timur.

Di sisi lain, bagi orang di luar Pulau Jawa, istilah “Jawa” mencakup seluruh pulau.  

Perbedaan Suku dan Geografis di Pulau Jawa

Sejarawan Universitas Padjadjaran, Widyo Nugrahanto, menjelaskan bahwa istilah “Jawa” memiliki dua makna utama yaitu sebagai identitas suku dan sebagai penanda geografis. 

“Suku Jawa secara mayoritas memang berasal dan menetap di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur,” ungkap Widyo dilansir dari kompas.com.

Ia menambahkan, wilayah seperti Jawa Barat dan Banten dihuni suku Sunda, sedangkan DKI Jakarta didominasi masyarakat Betawi. 

“Suku-suku ini bukan bagian dari suku Jawa, sehingga wajar jika mereka tidak menggunakan istilah ‘Jawa’ untuk menyebut diri mereka,” katanya.  

Namun, Widyo juga menekankan pentingnya membedakan penggunaan istilah “Jawa” sebagai identitas geografis. Sebagai nama pulau, “Jawa” mencakup seluruh wilayah di Pulau Jawa, mulai dari ujung barat hingga timur. 

“Penting untuk memahami konteks penggunaan istilah ‘Jawa’ sebagai suku atau pulau,” tegasnya.  

Baca juga: Menyelami Budaya Jawa di Museum Sonobudoyo Yogyakarta

Jateng, DIY, dan Jatim dalam Perspektif Sejarah dan Budaya 

Sri Ratna Saktimulya, Plt. Kepala Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM), mengungkapkan bahwa istilah “Jawa” cenderung lebih sering merujuk pada Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur karena faktor sejarah dan budaya.

“Kerajaan-kerajaan besar di masa lalu, seperti Mataram Kuno dan Mataram Islam, berpusat di wilayah itu,” jelasnya.  

Ia juga menambahkan bahwa ketiga provinsi ini memiliki kesamaan budaya yang kuat, seperti penggunaan bahasa Jawa dan penerapan norma-norma yang diwariskan budaya Mataram Islam.

Hal ini menciptakan kesan bahwa masyarakat di sana membentuk komunitas dengan identitas budaya yang seragam.  

Di sisi lain, wilayah Jawa Barat dan Banten lebih identik dengan budaya Sunda Kuno yang berkembang di sana, lengkap dengan bahasa dan nilai-nilai khasnya.

Masyarakat DKI Jakarta, kata Sri Ratna, dipengaruhi budaya Melayu serta akulturasi dengan budaya asing, seperti Arab, Belanda, dan Hokkien. 

Hal ini semakin membedakan identitas mereka dari suku Jawa maupun Sunda. Penggunaan “Jawa” untuk merujuk pada Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur bukan tanpa alasan. 

Faktor sejarah, budaya, dan bahasa berperan besar dalam pembentukan identitas itu. Sementara itu, keberagaman budaya di wilayah lain di Pulau Jawa memperkuat perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya.  

Dengan memahami konteks sejarah dan budaya ini, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menggunakan istilah “Jawa” sesuai dengan situasi dan tujuan pembicaraan. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Doger Kontrak Subang, Tarian Ronggeng untuk Orang Kasmaran

Menjaga Warisan Tradisi Batik Dengan Teknologi AI

Tari Lalatip, Seni Ketangkasan Kaki dari Kalimantan Utara

Candi Muaro Jambi, Situs Terbesar di Sumatera

Lomba Berjepin ASN Pontianak, Lestarikan Budaya Melayu

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Jogja City Museum, Pusat Budaya Dorong Ekonomi Lokal
Next Article Presiden Prabowo Tamu Kehormatan Perayaan Hari Republik India
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?