Alat Musik Bundengan adalah alat musik khas Wonosobo, Jawa Tengah. Alat Musik ini terbuat dari beberapa bahan yang sangat gampang kita temui sehari-hari seperti ijuk,bilah bambu, senar raket, Dan kulit bambu. Bundengan ini biasanya digunakan untuk menutupi kepala saat menggembala bebek.
Dilansir dari Wikipedia menyebutkan, Bundengan atau Bundhengan adalah sebuah alat musik berbasis Kowangan. Kowangan adalah tudung yang lazim digunakan penggembala bebek (dalam bahasa Jawa disebut sontoloyo) untuk melindungi diri dari paparan matahari dan hujan.
Bagi orang kebanyakan, membayangkan sebuah alat musik yang bernama sama dengan tutup kepala, dengan bunyi yang mirip alat musik logam, tentu akan menjadi proses imajinatif yang cukup menantang. Di Wonosobo, alat musik ajaib ini mulai diekspos sejak periode Barnawi 2008.
Baca juga: Bundengan, Alat Musik Tradisional Wonosobo
Alat musik tradisional ini secara teknis berasal dari kowangan yang telah dipasangi elemen-elemen tambahan berupa ijuk (di masa awal) dan sekarang beralih menjadi senar sebagai dawai yang menimbulkan resonansi dan biasanya mengiringi tari Lengger ataupun Tayub.
Jumlah senar yang umum dipakai adalah 4 buah, dengan tiga buah bilah bambu di sisi kiri bawah yang menyerupai bunyi kendang.
Pada mulanya, masyarakat umum di Wonosobo memang lebih mengenal kowangan sebagai caping penggembala, bukan sebagai alat musik. Bagaimanapun, pengetahuan tentang permainan musik ini masih terus diwariskan secara internal di kalangan penggembala.
Marginalitas ini mencapai titik baliknya pada dekade ’80-an, ketika beberapa pemain mencoba mengangkat musik Kowangan ke dalam format seni pertunjukan. Sejak itulah alat musik kowangan tak hanya menjadi hiburan privat dalam penggembalaan.
Musik ini kemudian bertransformasi menjadi raja panggung, point of interest dalam kesenian Bunḍengan di Wonosobo. Kesenian Bunḍengan sendiri merupakan bentuk musik kowangan yang berkembang dalam khazanah dan citarasa musikal masyarakat Wonosobo.
Penasaran seperti apa bunyi Bundengan?