Makanan tradisional Aceh dikenal memiliki ciri khas dan cita rasa berbeda, seperti kuliner Eungkot Keumamah atau Keumamah, yang kaya dengan bumbu rempah-rempah.
Masakan ini memiliki cita rasa yang gurih dan pedas. Karena terbuat dari ikan yang telah dikeringkan, menu masakan ini mampu bertahan lama, hingga dapat disajikan kapan saja.
Menu ini dapat mudah ditemui di kedai-kedai makanan di Aceh. Di sisi lain, masakan ini banyak disajikan sebagai menu wajib pada acara kenduri atau hajatan
Bahan dasar masakan ini adalah ikan tongkol atau cakalang yang telah dikeringkan selama beberapa hari sehingga nyaris tidak ada lagi kandungan airnya. Karena teksturnya yang kering, membuat ikan ini mirip kayu. Sehingga sering disebut sebagai ikan kayu.
Bertahan 2 Tahun
Adanya proses pengeringan ikan untuk membuat Keumamah ini disebabkan pasokan ikan tongkol yang bergantung dengan musimnya. Maka dari itu, ketika sedang musimnya, masyarakat Aceh menangkap ikan tongkol yang banyak dan dikeringkan untuk persediaan.
Keumamah harus dibuat dari ikan segar. Kemudian ikan tadi dibersihkan isi dalam perutnya dan dibuang bagian kepalanya. Lalu ikan direbus didalam air yang sudah ditaburi garam hingga setengah masak. Setelah itu dikeringkan di terik matahari.
Agar lebih mudah dalam mengeringkannya dan menghilangkan tulangnya, ikan dibelah menjadi 3 sampai 4 bagian. Kemudian ikan dijemur kembali sekitar tiga hari dalam kondisi terik matahari.
Meski telah kering, cita rasa asli ikan tongkol yang gurih dan berlemak tetap dapat dirasakan. Setelah dikeringkan ikan untuk Keumamah mampu bertahan hingga dua tahun lamanya.
Untuk dimasak sebagai keumamah, umumnya masyarakat Aceh memasaknya dengan ditumis kering basah. Bahan ikan kayu tadi diiris tipis-tipis kemudian direndam air panas beberapa menit sebelum dimasak dengan bumbu yang dicampur rempah.
Bumbu untuk rempah sajian keumamah adalah cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, kunyit, ketumbar, jahe, batang serai, dan air secukupnya. Bahan lainnya adalah asam sunti, belimbing wuluh yang sudah dikeringkan kemudian diasinkan. Keumamah bisa juga dicampurkan dengan kentang untuk variasi isinya.
Baca juga: Ini Alasan Menyantap Mi Aceh Selalu Bikin Ketagihan
Kuliner Bersejarah
Ternyata di balik nikmatnya masakan ikan olahan ini tersimpan perjalanan sejarah panjang. Dimasa lalu para tokoh Aceh melawan penjajah dengan bergerilya di hutan-hutan dalam waktu lama, sehingga logistik perang harus selalu ada, termasuk makanan.
Para pejuang Aceh kemudian menjadikan ikan kayu sebagai bahan lauk-pauk karena bisa tahan lama. Selain itu, karena sering berpindah-pindah tempat, para pejuang Aceh menjadikan Keumamah sebagai cadangan logistik yang praktis dan mudah dibawa ke mana saja.
Di masa lalu para jemaah haji asal Aceh juga membekali diri dengan masakan si ikan kayu ini. Karena dulu, perjalanan ibadah ke Mekkah memakan waktu hingga 1,5 bulan melalui jalur laut. Sehingga mereka memilih Eungkot Keumamah sebagai makanan praktis dan mudah disantap.