By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenal Pekalongan, Kota Batik Dunia di Pesisir Utara Jawa
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Mengenal Pekalongan, Kota Batik Dunia di Pesisir Utara Jawa
Pariwisata

Mengenal Pekalongan, Kota Batik Dunia di Pesisir Utara Jawa

Achmad Aristyan
Last updated: 12/12/2024 10:12
Achmad Aristyan
Share
Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah. Wikimedia Commmons/Nararya Danuwijaya
SHARE

Kota Pekalongan, salah satu kota pesisir di pantai utara Provinsi Jawa Tengah, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perkembangan budaya, ekonomi, dan pemerintahannya.

Asal-usul nama “Pekalongan” masih menjadi perdebatan. Salah satu teori menyebutkan nama ini berasal dari kata “Halong,” yang berarti “dapat banyak.” Sementara itu, dokumen tertua, “Gouvernements Besluit” Nomor 40 tahun 1931, menunjukkan penulisan “Pek-Alongan.

Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di selatan dan barat, serta Kabupaten Batang di timur. 

Berada di lokasi strategis jalur pantai utara Jawa yang menghubungkan Jakarta, Semarang, dan Surabaya, Pekalongan telah menjadi pusat kegiatan ekonomi dan budaya sejak zaman dahulu.  

Kota Batik yang Mendunia  

Melansir dari pekalongankota.go.id, Pekalongan dikenal sebagai “Kota Batik,” julukan yang mencerminkan keterkaitan erat batik dengan kehidupan masyarakatnya. Sejak abad ke-19, batik telah menjadi mata pencaharian utama penduduk lokal. 

Diperkirakan, seni batik mulai berkembang di Pekalongan sekitar tahun 1800. Salah satu motif tertua, motif pohon kecil, tercatat berasal dari tahun 1802.  

Perang Diponegoro (1825–1830) menjadi titik penting perkembangan batik di Pekalongan. Perang ini mendorong migrasi besar-besaran keluarga kerajaan Mataram ke pesisir utara seperti Pekalongan. 

Para pendatang ini membawa tradisi membatik yang kemudian menyatu dengan gaya lokal. Perpaduan budaya dengan pengaruh Tionghoa, Belanda, Arab, Jepang, dan India menghasilkan motif khas seperti Jlamprang, Encim, Pagi-Sore, dan Hokokai.  

Salah satu landmark Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Foto: GoogleMaps/Ningsih N

Pemerintahan Kolonial dan Masa Kemerdekaan  

Pada masa VOC di abad ke-17, Pekalongan menjadi bagian dari sistem pemerintahan sentralistis dengan penguasa pribumi bergelar “regent” (bupati). Reformasi administratif abad ke-19 di bawah pemerintahan Hindia Belanda membagi Jawa menjadi beberapa “gewest” atau residensi.

Pekalongan termasuk bagian dari “Pekalongan Gewest” bersama Brebes, Tegal, Pemalang, dan Batang. Pekalongan memperoleh hak otonomi tahun 1906, berdasarkan “Staatsblad” Nomor 124. 

Namun, kekuasaan ini terhenti pada masa pendudukan Jepang (1942–1945). Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, rakyat Pekalongan aktif merebut markas tentara Jepang, hingga akhirnya kota ini berhasil dibebaskan pada 7 Oktober 1945.  

Secara resmi, Kota Pekalongan dibentuk pada 14 Agustus 1950 melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950. Seiring perkembangan waktu, wilayah Pekalongan diperluas berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 1988, mencakup empat kecamatan: Pekalongan Utara, Barat, Selatan, dan Timur. 

Pusat Budaya

Selain batik, Kota Pekalongan juga memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan hasil laut, seperti ikan asin, ikan asap, dan kerupuk ikan. 

Dari sisi budaya, Pekalongan dikenal dengan tradisi unik seperti Syawalan, perayaan tujuh hari setelah Idulfitri yang dimeriahkan dengan pemotongan lopis raksasa. 

Sebagai kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan potensi ekonomi, Pekalongan terus berkembang menjadi salah satu pusat kebudayaan dan industri kreatif di Indonesia. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Panduan dan Etika Berwisata di Destinasi Wisata Sakral Indonesia

Spot Surfing Terbaik di Indonesia yang Mendunia

Menguak Sejarah Ombilin di Museum Goedang Ransoem

Embung Kleco Kulon Progo, Spot Sunset Terbaik

Edu Wisata Lontar Sewu, Rekreasi Alam dan Edukasi di Gresik

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Kerapan Sapi Brujul Probolinggo Rayakan Keberhasilan Panen
Next Article Kukuh Hariyawan bersama kebaya Kukuh Hariyawan, Desainer Kebaya Adhikari yang Mendunia
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?