Ahmad Sadali merupakan pelukis abstrak terkenal yang berasal dari Garut. Karakteristik mencolok dari karya Sadali ada pada pilihan bentuk geometris dan warna pada karyanya. Tidak hanya melukis, Sadali juga produktif berkarya dalam berbagai rupa, seperti sketsa, grafik, patung, interior dan mural.
Pelukis berkelahiran Garut, 24 Juli 1924 ini berasal dari keluarga yang menggemari batik dan kegiatan cetak-mencetak. Sadali menghabiskan pendidikannya dari TK hingga SMP di HIS Boedi Priyayi Garut (1938). Selepas itu ia melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta setara SMT-A. Kemudian, dia berkuliah di Fakultas Guru Gambar pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Sadali adalah murid pertama Ries Mulder, seorang pelukis berkebangsaan Belanda dan dosen yang turut membangun berdirinya Departemen Seni Rupa di ITB. Tahun 1956, ia mendapat beasiswa untuk belajar seni rupa di Departments of Fine Arts, University of Iowa, dan New York Art Student League.
Pada tahun 1985, namanya tercantum sebagai pendiri Universitas Islam Bandung – UNISBA. Kariernya bermula sebagai staf pengajar di IB, kemudian menjadi Sekretaris dan Ketusa Jurusan Seni Rupa-ITB dan akhirnaya menjadi pembantu Rektor ITB (1969-1976) dengan gelar Professor.
Baca juga: Museum Sidik Jari Denpasar, Museum Lukisan Tanpa Kuas
Karya Monumental
Karakteristik mencolok dari karya Sadali ada pada pilihan bentuk geometris dan warna pada karyanya. Pada awal kariernya, kecenderungan kubistik dari jejak Mulder memengaruhi gaya lukisan Sadali. Seiring perkembangannya, terutama setelah kepulangannya dari Amerika Serikat, Sadali mengembangkan gagasan baru dalam karyanya.
Karya-karyanya cenderung berbau abstrak dan kaligrafi Islam. Misalkan dalam karyanya yaitu logo Himpunan Mahasiswa Indonesia dan PUPR. Tak hanya melukis, Sadali juga aktif di bidang sketsa, grafik, patung, interior dan mural. Karya monumentalnya antara lain mural di Gedung DPR/MPR Jakarta (1966) dan Hotel Hilton Jakarta, desainer Senior untuk Interior / Display Pavillon Indonesia, Osaka, Jepang di EXPO 1970 dan lainnya.
Pada tahun 1971, Sadali dan sekelompok dosen Seni Rupa Institut Teknologi Bandung, ITB, membentuk Grup 18. Kelompok ini menghasilkan edisi karya sablon hitam putih di atas kertas. Puluhan karya mereka merupakan bagian dari sejarah penerimaan teknik sablon atau sablon sebagai bagian dari seni grafis di Indonesia pada tahun 1970-an.
Ahmad Sadali telah menggelar berbagai pameran bersama maupun tunggal. Beberapa pameran tunggalnya digelar di Taman Ismail Marzuki dan Galeri Nasional Indonesia. Dia juga pernah menggelar pameran tunggal Arte Contemporance Indonesia di Rio de Jeinero, Brasil pada tahun 1964.
Baca juga: Affandi, Pelukis Maestro dengan 2000 Lukisan
Pameran Terakhir
Selain Pameran Tunggal tersebut, lukisan Ahmad Sadali juga dipamerkan ke seluruh dunia hampir 75 kali pameran kelompok sejak tahun 1951. Pameran tersebut antara lain digelar di Amerika Serikat, Brasil, Cina, Vietnam, Saudi Arabia, dan masih banyak lainnya.
Sepanjang karirnya, Sadali juga menerima banyak penghargaan di seluruh dunia. Beberapa penghargaannya yaitu, Penghargaan dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1952), Penghargaan Seni dari Pemerintah Australia: “Leadership in Islam” (1977). Selain itu, ia sempat menjabat sebagai ketua umum Pembinaan Masjid Salman ITB.
Pameran tunggal terakhirnya bertema Lukisan Sadali, berlangsung di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus-Huis, Jakarta. Ahmad Sadali yang kerap disebut Father of abstract art ini, berpulang pada usia 63 tahun di Bandung, Sabtu, 19 September 1987. (Dari berbagai sumber)