Di setiap sudut pulau-pulau Nusantara, tersimpan pesona budaya dan wisata, salah satunya seperti Kampung Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Kampung Sade yang berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah tak hanya menyimpan warisan leluhur, tapi juga menjadi simbol kekuatan tradisi sebuah daerah.
Kampung ini menjadi saksi perjalanan waktu dalam menjaga tradisi leluhur suku Sasak hingga kini.
Tertutup dengan Wisatawan
Dilansir dari Youtube Emmanus TV, Pesona dan Kearifan Lokal Kampung Sade Lombok, kampung ini sudah ada sejak tahun 1079 Masehi.
Menariknya kampung ini sejak tahun 1970-an sudah terkenal akan keindahan wisata budayanya, baik domestik dan mancanegara. Di Desa Sade terdapat 21 Dusun, jadi termasuk dari Dusun Sade yang merupakan dusun paling tua.
Sudah berdiri sejak 1079 Masehi. Dusun Sade ini dari tahun 70-an sudah dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik Namun, awalnya masyarakatnya masih takut dan tertutup terhadap wisatawan asing.
Dari tahun 1975, Sade ini sudah dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Tapi awal-awalnya dulu masyarakatnya tidak terbuka dengan adanya wisatawan.
“Karena dulu mereka sangat takut dengan adanya wisatawan. kalau ada wisatawan asing, dikirain itu Belanda, penjajah yang masuk di sini.” jelas Seman Diarta, Tokoh Masyarakat Dusun Sade.
Seman melanjutkan, di tahun1980-an, masyarakat Sade sudah mulai terbuka dengan adanya wisatawan yang datang.
Mereka sudah tidak merasa terganggu lagi dengan adanya wisatawan. Bahkan hingga kini pariwisata menjadi sumber penghidupan masyarakat Sade.
Baca juga: Menyaksikan Uniknya Tradisi Ngangkat Jungkat di Lombok Timur
Keunikan Desa Sade
Di Desa Sade rumah dibangun dari bahan alami seperti bambu, alang-alang, dan tanah liat.
Selain itu pula, di dusun ini berlaku larangan membangun rumah modern, sehingga di dusun ini semua rumah warganya adalah rumah tradisional yang disebut balai sasar.
“Karena yang ditinggalkan leluhur kami yang harus kami jaga. Jadi selama 15 generasi, pemekaran dari Sade sudah 8 dusun di luar. Yang pemekaran memang mereka sudah buat rumah modern, tapi kami yang tinggal di Sade tidak boleh membuat bangunan modern.” kata Seman.
Di Sade ada 150 KK yang menghuni 150 bangunan dan tidak bisa bertambah lagi. Jika ada keluarga baru, harus keluar dari induknya. Kemudian pewaris rumah adalah anak laki yang paling kecil.
Balai Sasak
Balai Sasak merupakan bangunan yang terbuat dari bahan alami, seperti bambu, daun alang-alang. Sedangkan lantai menggunakan tanah dan kotoran kerbau sebagai pengganti semen. Alang-alang ini bisa bertahan sampai 9 atau 10 tahun.
Masyarakat Sade ketika ada yang mengganti atap rumah semua bekerja gotong royong.
Selain itu, jika ada acara syakral atau acara ritual, masyarakat setempat harus mengepel lantai rumah menggunakan kotoran sapi atau kotoran kerbau. Menurut kepercayaan mereka, kotoran kerbau itu bisa sebagai penolak bala.
Selain pariwisata, sebagian besar mata pencaharian warga Desa Sade adalah beternak, bertani, berdagang, dan menenun. Hasil menenun itu dijadikan berbagai aksesoris dan dijual ke wisatawan.
Para pengunjung juga bisa belajar menenun secara langsung dengan penduduk setempat.
Dengan segala pesona dan kearifan lokal kampung Sade telah memperlihatkan betapa kayanya warisan budaya Indonesia. Kampung kecil di Lombok ini menjadi bukti nyata bahwa tradisi leluhur dapat tetap hidup bahkan di tengah arus modernisasi.
Liputan terkait Kampung Sade ini, dapat disaksikan dalam tayangan berikut ini: