Di tengah kawasan Paseban yang kaya akan nilai budaya dan lingkungan, berdiri monumen Kujang Kanjeng Kiai Bhairawa, sebuah karya luar biasa berupa kujang raksasa seberat 1,5 ton. Dibuat dengan teknik tradisional oleh para pengrajin keris asal Madura, monumen di kawasan Museum Kujang Pusaka ini diselesaikan selama dua tahun dan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Sunda.
Museum Kujang Pusaka di Kampung Budaya Sunda Paseban, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini diresmikan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, Rabu, 27 November 2024. Peresmian ini menjadi bagian dari upaya mengangkat pamor kujang, senjata tradisional khas Sunda, sebagai salah satu warisan budaya tanah Padjajaran.
Dilansir dari laman Kemdikbud.go.id, Fadli Zon mengungkapkan bahwa Museum Kujang ini dirancang sebagai pusat kajian budaya dan simbol identitas masyarakat Sunda. Koleksi museum mencakup berbagai jenis kujang dari berbagai masa, termasuk kujang tertua yang berasal dari abad ke-9. Koleksi tersebut dikurasi oleh Pakar Senjata Tradisional, Basuki Teguh Yuwono.
“Seperti Museum Keris di Solo, Museum Kujang ini diharapkan menjadi pionir dalam pelestarian senjata tradisional Sunda. Ke depannya, kami berencana mencari lokasi yang lebih strategis agar museum ini lebih mudah diakses,” ujar Fadli Zon.
Kampung Budaya Paseban
Museum Kujang berada di sebuah kawasan yang menjadi teladan pelestarian budaya dan ekosistem Sunda. Mulanya kawasan ini hanya hamparan alang-alang. Kini, Paseban menjadi ruang ekosistem budaya yang hidup.
Kawasan ini dipenuhi dengan tanaman langka seperti pohon baobab, bodhi, pule, serta 41 varietas bambu. Bambu, yang dikenal mampu menyerap karbon hingga 1,7 ton per hektare per tahun menjadikan Paseban sebagai kawasan ramah lingkungan sekaligus pelestari seni tradisional seperti angklung dan gamelan.
Fadli Zon juga menyoroti pentingnya arsitektur tradisional Sunda dalam Kampung Paseban, dengan berbagai rumah adat seperti Badak Helai, Jalopong, dan Tagok Anjing yang dibangun ulang. Desainnya tidak hanya merefleksikan filosofi lokal tetapi juga ramah lingkungan.
Kampung Paseban juga aktif menggelar kegiatan budaya, seperti festival pencak silat, pertunjukan gamelan, hingga seni harfa bertajuk Harp on the Mountain. “Saya usul ada tambahan kegiatan seperti Paseban Writers Festival dan Jazz Festival untuk menarik minat generasi muda,” tambah Fadli.
Tak hanya itu, kawasan ini juga menjadi rumah bagi Bale Adat, tempat penyimpanan gamelan pusaka dari Giri Harja II, yang memperkaya warisan budaya lokal.
Budaya Hijau
Fadli Zon menyebut pentingnya mengintegrasikan pelestarian lingkungan ke dalam pelestarian budaya. Menurutnya, seni tradisional seperti angklung dan gamelan bergantung pada bahan baku seperti bambu. Kampung Paseban menjadi contoh nyata penerapan “budaya hijau”.
“Kita harus membangun mental dan mindset budaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kampung Paseban sudah memulai langkah ini dengan berbagai inisiatif hijau,” ujar Fadli Zon, yang juga dikenal sebagai pemilik perpustakaan keris terbesar di Indonesia.
Dengan inisiatif ini, Museum Kujang dan Kampung Budaya Paseban diharapkan menjadi pusat pelestarian warisan budaya Sunda sekaligus inspirasi bagi pelestarian lingkungan di Indonesia.
Diketahui, peresmian museum ini bertepatan dengan Hari Bambu Nasional pada 26 November, yang juga dirayakan dengan penanaman 100 pohon bambu bersama Yayasan Bambu Indonesia yang dipimpin oleh Ki Jatnika Nanggamiharja.