Monumen Dirgantara, atau dikenal sebagai Patung Pancoran, adalah monumen ikonik yang terletak di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Patung Dirgantara berupa patung seorang “manusia angkasa” yang mulai didirikan pada tahun 1965.
Monumen ini merupakan gagasan Presiden Pertama RI Sukarno yang ingin menghadirkan citra penerbangan Indonesia yang perkasa di mata dunia sekaligus monumen peringatan tonggak sejarah penerbangan lndonesia
Dirancang Edhi Sunarso, patung ini berdiri diatas lengkungan beton setinggi 27 dengan tinggi 11 meter. Bahannya terbuat dari perunggu dan memiliki berat 11 ton.
Dalam proses pembangunannya, patung yang memiliki berat 11 ton tersebut dibagi dalam potongan yang masing-masing memiliki berat 1 ton.
Pembangunan Monumen Patung Dirgantara sempat tertunda akibat meletusnya Peristiwa Gerakan 30 September 1965. Patung ini kemudian selesai akhir tahun 1966. Patung ini tidak pernah diresmikan dan sebenarnya juga belum rampung.
Jika dilihat dari dekat permukaan patung ini masih kasar dengan banyaknya las penyambung bagian yang satu dengan yang lainnya. Presiden Soekarno pun tidak pernah melihat hasil akhir dari pembangunan patung ini.
Makna Patung Dirgantara
Monumen Dirgantara digambarkan sebagai sosok pria dengan gestur tangan mengarah ke langit. Pose ini sendiri diperagakan langsung oleh Bung Karno.
Tangan patung Pancoran ini menunjuk ke arah utara, yakni ke Bandar Udara Internasional Kemayoran, yang saat itu sudah beroperasi. Makna pose itu berkaitan dengan keinginan Presiden Soekarno.
Keinginan itu adalah supaya dapat memimpin penerbangan Indonesia agar maju hingga tingkat internasional. Selain itu, dilihat dari desainnya yang megah dan menjulang tinggi, bermakna bahwa Indonesia adalah bangsa yang perkasa.
Patung ini terletak secara strategis, berada di pintu gerbang kawasan Jakarta Selatan. Tepatnya di Menteng Dalam, Kecamatan Pancoran, Kota Jakarta Selatan. Patung ini pun dirancang untuk dapat menyambut para pengunjung yang baru datang di Jakarta. Karena lokasinya, kini, Patung ini kerap dikenal masyarakat sebagai Patung Pancoran. (Dari berbagai sumber)