Noken, karya kearifan lokal asli Papua, telah diakui dunia sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO sejak 4 Desember 2012.
Meski terkenal, Noken terancam menjadi barang langka bila tidak ada kepedulian dan sentuhan kreativitas dari generasi muda, khususnya generasi muda.
Kekhawatiran ini diungkap Koordinator Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sekaligus PIC Store Papua Youth Creative Hub (PYCH), Vitha Faidiban, awal Agustus lalu di Terminal Lama Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua.
“Noken digolongkan dalam kategori In Need of Urgent Safeguarding atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak oleh UNESCO. Kepedulian semua pihak sangat diperlukan, termasuk generasi muda Papua agar Noken tetap hidup,” ujar Vitha.
Meski begitu Vitha merasakan ada perubahan dan harapan ketika Presiden Joko Widodo meresmikan PYCH sebagai wadah penyaluran bakat anak muda Papua, termasuk dalam melestarikan Noken.
Generasi muda Papua, katanya, menunjukkan antusiasme yang tinggi sehingga pengurus PYCH pun berupaya mendukung Mama-Mama Papua yang ahli merajut memasarkan produknya secara digital.
“Kami terus berupaya agar Noken yang sudah dikenal dapat dipasarkan di era digitalisasi saat ini. Kami juga mendorong anak-anak muda di Papua melestarikan Noken,” jelas Vitha.
Mama Sara Pakage, salah satu pengrajin, mengungkapkan kemampuannya merajut Noken diwariskan dari orang tuanya dan ingin terus dijaganya. Ia pun berharap kemampuan ini dapat diwariskan ke anak-anaknya dan generasi muda Papua.
“Apalah artinya kami jika tidak ada yang meneruskan budaya ini. Masuk sebagai warisan budaya Papua di UNESCO bukan hanya kebanggaan, tapi tanggung jawab bersama untuk memastikan Noken tetap hidup,” kata Mama Sara.
Perajin Noken lainnya, Mama Anci Pakage, menyebut Noken menjadi simbol kehidupan yang baik, cinta perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat Papua, terutama bagi suku-suku di Pegunungan Tengah Papua seperti suku Yali, suku Lani, suku Damal, dan Bauzi.
Noken biasa dirajut dari serat kulit kayu Melinjo dan Sukun yang sangat kuat, namun kini para perajin juga menggunakan benang pabrikan seperti benang manila, katun, dan wol untuk memudahkan proses pembuatan.
Dengan perkembangan zaman dan kemudahan akses internet, motif Noken di Papua saat ini semakin beragam dan kekinian. (Sumber: Infopublik.id)