By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Pakaian Adat Suku Asmat Papua, Dari Alam untuk Manusia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Pakaian Adat Suku Asmat Papua, Dari Alam untuk Manusia
Warisan Budaya

Pakaian Adat Suku Asmat Papua, Dari Alam untuk Manusia

Achmad Aristyan
Last updated: 10/01/2025 13:30
Achmad Aristyan
Share
Suku Asmat di Papua dengan pakaian adatnya. Foto: gpswisataindonesia.info
SHARE

Selain dikenal dengan berbagai kreasi seni ukirnya yang khas dan memukau, Suku Asmat di Papua juga memiliki pakaian adat yang unik dan penuh makna.

Pakaian tradisional suku Asmat ini menjadi cerminan kedekatan mereka dengan alam, mengingat seluruh bahan yang digunakan berasal dari alam sekitar. 

Lebih dari sekadar busana, pakaian adat Suku Asmat menggambarkan hubungan yang mendalam antara manusia dan lingkungannya yang sejak dahulu sangat dekat dengn alam.

Inspirasi dari Alam  

Dilansir dari idntimes.com, setiap elemen pakaian adat Suku Asmat dirancang dengan mengambil inspirasi dari alam. Pakaian laki-laki, misalnya, dibuat menyerupai burung dan binatang yang melambangkan kejantanan. 

Sementara itu, pakaian perempuan menggunakan daun sagu yang dirangkai menyerupai kecantikan burung kasuari. Keseluruhan desain ini menunjukkan kekaguman dan penghormatan masyarakat Asmat terhadap lingkungan tempat mereka hidup.  

Baca juga: Buka Egek, Tradisi Suku Moi Papua dalam Menjaga Alam

Ciri Khas Pakaian Adat  

Melansir dari antaranews.com ecara umum, pakaian adat laki-laki dan perempuan Suku Asmat memiliki elemen yang mirip. Bagian kepala dihiasi penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan dihias bulu burung kasuari di bagian atas. 

Rumbai-rumbai dari daun sagu digunakan sebagai penutup bawah dan dada untuk perempuan. Namun, pakaian adat ini belum lengkap tanpa tambahan aksesori khas. 

Hiasan telinga, misalnya, dibuat dari bulu burung kasuari berukuran pendek. Hiasan hidung, yang biasanya hanya dikenakan laki-laki, terbuat dari taring babi atau batang pohon sagu. 

Hiasan ini tidak hanya menjadi simbol kejantanan tetapi juga berfungsi untuk menakuti musuh. Aksesori lainnya meliputi kalung dan gelang yang dibuat dari kulit kerang, gigi anjing, atau bulu burung cendrawasih. 

Selain itu, tas tradisional atau esse menjadi pelengkap penting. Esse sebagai tempat menyimpan hasil ladang atau kayu bakar, dan dalam upacara adat, esse melambangkan kemampuan seseorang untuk menjamin kesejahteraan komunitas.  

Makna Simbolis Gambar Tubuh  

Dalam berbagai upacara adat, penampilan masyarakat Suku Asmat semakin lengkap dengan gambar-gambar di tubuh. Gambar ini didominasi warna merah dan putih, yang memiliki makna simbolis sebagai lambang perjuangan hidup. 

Warna merah diperoleh dari campuran tanah liat dan air, sedangkan warna putih berasal dari tumbukan kerang.  

Tradisi yang Terancam Modernisasi  

Sayangnya, pengaruh modernisasi mulai menggerus penggunaan pakaian adat ini. Sebagian masyarakat Suku Asmat yang tinggal di wilayah pesisir telah meninggalkan pakaian tradisional, menggantikannya dengan busana modern. 

Meski demikian, masyarakat Asmat di pedalaman masih memegang erat tradisi ini, menjaga pakaian adat sebagai bagian dari identitas budaya mereka.  

Warisan Budaya yang Bernilai Tinggi  

Pakaian adat Suku Asmat tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai representasi nilai-nilai budaya, filosofi hidup, dan penghormatan terhadap alam.

Melalui pakaian ini, Suku Asmat mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan, sebuah warisan yang perlu dilestarikan di tengah perubahan zaman. 

You Might Also Like

Menelusuri Akar Budaya dan Tradisi Kesenian Jaranan Kediri

Sego Tempong, Sajian Ayam dan Sambal Khas Banyuwangi

6 Hidangan Istimewa Khas Perayaan Cap Go Meh Singkawang

Menggali Makna Sumbu Kosmologis Yogyakarta

Kak Emma Perkenalkan Permainan Tradisional Di Wonosobo

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menelusuri Jejak Arkeologi Buddha di Situs Kalibukbuk Bali
Next Article Mandau, Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional Suku Dayak
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?