Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar pameran bertajuk “Setelah Gelombang Reda: Jejak PBB di Aceh” di Museum Tsunami Aceh.
Pameran ini menampilkan dokumentasi perjalanan pemulihan Aceh pascatsunami 2004, menyoroti peran PBB dalam membantu membangun kembali daerah yang terdampak.
Pameran resmi dibuka pada Kamis, 6 Februari 2025, dan akan berlangsung hingga akhir tahun. Acara ini bertujuan untuk mengenang serta mengapresiasi dukungan global, khususnya dari PBB, dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh.
Pembukaan pameran dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh merangkap Penjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal, Direktur Pusat Informasi PBB, Miclos Gaspar, serta sejumlah pejabat terkait.
Pameran Foto sebagai Pengingat Kolektif
Usai acara pembukaan, para tamu diajak berkeliling untuk melihat foto-foto yang mendokumentasikan perjalanan pemulihan Aceh dari masa sulit menuju kebangkitan.
Miclos Gaspar menegaskan bahwa pameran ini bukan sekadar kumpulan gambar, melainkan bukti nyata dari kekuatan solidaritas dan kemanusiaan.
“Setiap foto menangkap momen duka, harapan, dan pemulihan. Ini adalah pengingat akan upaya kolektif yang dilakukan pasca salah satu bencana alam paling dahsyat di dunia,” ujarnya dikutip dari Infopublik.id, Kamis (6/2/2025)
Ia menambahkan, setelah tsunami melanda, dunia bersatu mendukung Aceh dan Indonesia.
Baca juga: Museum Tsunami Banda Aceh Destinasi Wisata dan Mitigasi
Badan-badan PBB, seperti ILO, UNICEF, dan WHO, bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, organisasi lokal, serta ribuan relawan menyelamatkan nyawa, membangun kembali rumah, dan memulihkan mata pencaharian masyarakat.
“Pameran ini adalah penghormatan abadi bagi semangat masyarakat Aceh. Dalam masa krisis, persatuan dan kepedulian mampu menghasilkan pemulihan yang luar biasa,” kata Miclos.
Atas nama PBB, ia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Aceh, Museum Tsunami Aceh, serta seluruh mitra yang telah mewujudkan pameran ini. Ia berharap foto-foto ini dapat menginspirasi generasi mendatang dan menjaga semangat solidaritas global.
Menyoroti Peran Penting PBB Pascatsunami
Sementara itu, Pj Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal, menekankan bahwa pameran ini menunjukkan bagaimana dunia tidak hanya memberikan bantuan langsung, tetapi juga mendukung program pemulihan yang berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.
“Ini bukan sekadar kumpulan gambar, tetapi refleksi sejarah. Melalui foto-foto ini, kita diajak untuk mengingat kembali bagaimana dunia berdiri bersama Aceh di saat-saat paling sulit pascatsunami 26 Desember 2004,” ujarnya.
Almuniza juga menyoroti peran penting PBB dalam pemulihan Aceh, mulai dari pembangunan infrastruktur, pemulihan ekonomi, hingga penguatan sistem manajemen bencana dan peringatan dini.
“Kita tidak boleh melupakan bagaimana solidaritas global mengalir ke Aceh. Kehadiran PBB dan komunitas internasional membangkitkan harapan dari puing-puing kehancuran. Dua puluh tahun pascatsunami, Banda Aceh dan Aceh secara keseluruhan telah bertransformasi menjadi daerah yang lebih tangguh dan maju,” ungkapnya.
Kadisbudpar Aceh berharap, pameran dapat menumbuhkan kesadaran kolektif terus menjaga warisan sejarah dan memperkuat semangat kebersamaan menghadapi tantangan masa depan.
“Semoga kolaborasi Museum Tsunami Aceh dan United Nations Information Center berlanjut dalam berbagai bentuk kerja sama bermanfaat bagi masyarakat Aceh dan dunia,” pungkasnya.