By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Pemakaman Cikadut, Warisan Budaya Tionghoa di Kota Bandung
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Pemakaman Cikadut, Warisan Budaya Tionghoa di Kota Bandung
Warisan Budaya

Pemakaman Cikadut, Warisan Budaya Tionghoa di Kota Bandung

Ridwan
Last updated: 28/01/2025 01:33
Ridwan
Share
3 Min Read
Pemakaman Cikadut diperkirakan sudah ada sejak tahun 1909. Foto: GoogleMaps/Hygna Husada
SHARE

Tempat Pemakaman Umum (TPU) Terpadu Cikadut merupakan kompleks pemakaman Tionghoa terbesar di kota Bandung, Jawa Barat. Pemakaman ini termasuk warisan budaya yang telah ada sejak tahun 1900-an. 

TPU Terpadu Cikadut atau Kuburan Cina memiliki aspek budaya yang unik yakni tradisi pemakaman mereka yang berbeda dengan mayoritas warga Bandung yang mayoritas beragama Islam.

Berawal dari Kawasan Pemotongan Sapi

Dilansir dari laman  buku Toponimi Kota Bandung karya T. Bachtiar, Etti R.S., Anto Sumiarto, dan Tedi Permadi, Nama “Cikadut” bermula pada era pemerintahan Hindia Belanda.

Saat itu, dikeluarkan sebuah peraturan Re-Organisasi Priangan yang terbit tahun 1870. Peraturan berisi ijin untuk  memperbolehkan pemodal swasta membuka usaha di wilayah Priangan.

Konon, di daerah sebelah utara daerah Priangan, terdapat dua perusahaan ternak sapi potong milik orang asing yang menjual daging sapi ke pasar-pasar tradisional. 

Pada tahap pemotongan, bagian daging dan jeroan sapi, termasuk kadut (perut sapi), dikumpulkan di sebuah lumbung, kemudian dibersihkan dan isi jeroan atau kadut sapi dibuang ke sungai. 

Dari cerita secara turun-temurun dari generasi ke generasi, kawasan di sekitar tempat pembuangan kadut sapi ini kemudian dikenal dengan sebutan Cikadut. 

Memiliki Sejarah dan Kisah Tersendiri

Pemakaman Cikadut diperkirakan sudah ada sejak tahun 1909. Makam Ong Kwi Nio menjadi yang tertua, bersebelahan dengan makam Tan Joen Liong, luitenant Tionghoa di Bandung.

Keberadaan makam ini di Kecamatan Mandalajati mengingatkan akan rumah kolonial di Bandung pada tahun 1900-an, dengan dua pilar di beranda dan atap yang khas.

Salah satu pusara tertua di Pemakaman Cikadut yakni makam Ong Kwi Nio. Foto: bandung.go.id

Selain itu, Pemakaman Cikadut juga terdapat makam Ibu Djuriah, seorang warga Tionghoa yang beragama Islam, serta makam bersama satu keluarga korban kecelakaan.

Setiap makam di TPU Terpadu Cikadut memiliki cerita dan nilai sejarah yang tinggi. Hal inilah yang  menunjukkan bagaimana kehidupan di Bandung dipenuhi dengan keragaman budaya dan agama. 

Krematorium Masih Melayani Proses Kremasi

Pada 14 Oktober 1961, TPU Terpadu Cikadut memiliki kremasi pemakaman didirikan Yayasan Krematorium Bandung beranggotakan sembilan pedagang Tionghoa di Bandung.

Kesembilan orang tersebut adalah Tjon Way Lie, Oey Tjin Hon, Oey Tin Bouw, Tan Po Hwee, Tan Tjiauw Djien, Tjiao Tjin Host, Khuow Tjeng Loen, Tan Tek Jam dan Lo Siauw Tjong.

Mereka mengumpulkan uang sejumlah Rp 15.000 untuk membangun Jajasan Crematorium Bandung yang saat ini telah berubah ejaannya. Hingga saat ini krematorium masih melayani proses kremasi sesuai tradisi Hindu dan Buddha. 

Dikutip dari pikiran-rakyat.com, Krematorium memiliki tiga oven yang masih beroperasi hingga kini.

Pada dinding pintu masuk krematorium terdapat keterangan mengenai pendirian yayasan tersebut dan tujuan pendiriannya untuk melayani masyarakat Tionghoa yang ada di Bandung.

Pemakaman Cikadut, dengan semua sejarahnya, merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Keberadaannya tidak hanya sebagai tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga sebagai simbol keragaman budaya dan sejarah Kota Bandung sejak masa silam.

Hening sunyi dan angin sepoi-sepoi yang mengiringi area pemakaman ini memberikan kesan mendalam bagi setiap pengunjung yang datang untuk berziarah atau sekadar menikmati keindahan dari atas perbukitan

Saat ini, pemakaman telah menjadi TPU Terpadu yang dikelola Pemerintah Daerah untuk tempat pemakaman jenazah/kerangka jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan. (Anisa Kurniawati)

You Might Also Like

Sate Srepeh, Sate Berkuah Santan Khas Rembang

Kain Tenun Kubang, Sumatera Barat Di Simpang Jalan

Cerita Panjang Warisan Budaya dari Sepotong Tahu Sumedang

Perjalanan Sejarah 3 Abad Masjid Agung Kota Kediri

Candi Muaro Jambi, Situs Terbesar di Sumatera

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Tuk Sikopyah, Tradisi Melestarikan Mata Air Gunung Slamet
Next Article Dibalik Pesona Telomoyo, Kisah Hanoman dan Dusun Dalangan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?