Pemerintah Indonesia sejak lama telah menerapkan berbagai pendekatan dan media, termasuk melalui media prangko untuk menyampaikanberbagai informasi mengenai indentitas dan nilai budaya Indonesia ke kancah global.
Pernyataan itu diungkap Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, dalam keterangannya terkait World Public Relations Forum (WPRF) 2024 di Hotel Merusaka Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, seperti dilansir dari Infopublik.id, Kamis (21/11/2024).
“Prangko tidak hanya menjadi alat promosi, tetapi juga sarana untuk menyampaikan informasi tentang identitas nasional, nilai budaya, dan kekayaan alam,” ujar Menurut Meutya.
Baca juga: Meutya Hafid Fokuskan Konektivitas Digital yang Adil
Pemerintah pun menerbitkan prangko seri khusus dalam berbagai momentum untuk diplomasi budaya Indonesia kepada komunitas internasional, seperti penerbitan Prangko Seri Borobudur Glitch. Selain itu, Pemerintah memanfaatkan teknologi digital dan media sosial (medsos) untuk mengkurasi dan menyebarluaskan konten budaya.
“Indonesia berupaya memanfaatkan teknologi digital dan media sosial untuk memperkuat citra Indonesia di mata dunia. Salah satunya adalah dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) untuk mengkurasi beragam konten budaya, seperti seni, musik, dan tradisi Indonesia, melalui platform yang dipersonalisasi,” jelasnya.
Meutya juga mengajak praktisi humas dan semua pihak bekerja sama dalam mengelola narasi positif melalui diplomasi budaya dengan memanfaatkan media. “Melalui kekuatan diplomasi budaya diharapkan terbentuk rasa saling pengertian, menghormati keberagaman, dan menghargai warisan budaya setiap bangsa,” pungkas Menkomdigi.
Acara ini turut dihadiri perwakilan Katadata, Perhumas, dan Global Alliance selaku penyelenggara World Public Relations Forum (WPRF) 2024.