Permainan tradisional jangan hanya menjadi kenangan di buku, melainkan terus dikembangkan agar tetap berkembang. Demikian diungkap Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Mariana Ginting, dikutip dari laman resmi Perpustakaan Nasional (Perpusnas), dalam Gelar Wicara Budaya Nasional, Sabtu (14/9/2024).
Acara digelar terkait peringatan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca dengan tema “Literasi Meningkat, Indonesia Hebat” di Plaza Lobi Lantai Dasar Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas).
Mariana juga mengungkapkan, permainan tradisional dapat terus hidup dan relevan dengan ruang untuk kreasi dan inovasi. Saat ini Perpusnas melalui Layanan Koleksi dan Pagelaran Budaya Nusantara telah ikut serta melestarikan nilai-nilai budaya leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di sisi lain, Mariana juga mengutarakan kecemasannya dengan mengajak anak-anak mengurangi penggunaan gawai yang cenderung negatif karena mempengaruhi minat terhadap permainan tradisional. “Tidak ada pilihan selain bersama-sama melindunginya sekaligus mewariskan makna-maknanya kepada generasi penerus,” imbuhnya
Mewariskan permainan tradisional, dinilai Mariana, harus diimbangi upaya nyata. Termasuk melibatkan komunitas lokal dan para pegiat komunitas di sekolah atau masyarakat.
Sementara Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Agus Sutoyo juga menyadari, saat ini orang tua tidak lagi menggiring anaknya bermain mainan tradisional
Agus berharap kolaborasi antara para pengajar di sekolah dan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dapat memperkuat peran Perpusnas dalam membantu dinas perpustakaan di daerah.
Gelar wicara ini menghadirkan Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Arista Nurbaya dan pegiat permainan tradisional Aghnina Wahdini.
Arista menjelaskan, permainan tradisional adalah bagian dari kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Di Jakarta, permainan ini telah dimasukkan ke dalam muatan lokal Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta (PLBJ) di tingkat SD. Sedangkan secara informal, Arista mengungkap dapat memanfaatkan banyak sanggar untuk mengadakan lomba atau festival.
Sementara itu, Aghnina menekankan peran permainan tradisional dalam membentuk karakter anak-anak, terutama dalam mengenal diri sendiri, lingkungan, dan Tuhan. “Seperti gasing, mengajarkan kita harus tetap bergerak dan bekerja keras sebagaimana gasingnya terlihat indah ketika dia bergerak sampai kita menutup mata yakni berhenti gasingnya,” urainya.
Aghnina juga menegaskan pentingnya mempertahankan esensi permainan tradisional meskipun ada media sosial dan diadaptasi secara digital, agar tetap menarik bagi generasi muda.
“Esensi permainan ini harus tetap dipertahankan, meskipun didigitalisasi, namun tetap memerlukan kontak fisik agar lebih atraktif,” pungkasnya.