Air terjun merupakan salah satu destinasi wisata alam yang banyak diminati oleh berbagai kalangan. Aliran air yang jatuh dari ketinggian menciptakan pemandangan yang menakjubkan dan memberi kesegaran bagi siapa pun yang mengunjunginya. Keindahan air terjun sering kali dianggap memiliki makna sakral oleh beberapa lapisan masyarakat, dan hal ini biasanya berkaitan dengan mitos serta legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di Indonesia, setiap lokasi biasanya memiliki cerita asal usul yang sering disebut sebagai legenda. Salah satu air terjun yang terkenal di Magelang, Jawa Tengah bernama Kedung Kayang yang menyimpan mitos-mitos menarik
Kedung Kayang, yang terletak di Desa Wonolelo, Nangrong, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bukan hanya dikenal karena keindahannya, tetapi juga karena panorama Gunung Merapi yang memukau.
Berikut adalah beberapa mitos menarik yang mengelilingi Air Terjun Kedung Kayang:
- Asal Usul Nama Kedung Kayang
Nama Kedung Kayang terdiri dari dua kata dengan makna yang berbeda. “Kedung” berarti air terjun, sedangkan “kayang” berarti langit. Diceritakan bahwa ada tiga tetua yang dikenal sebagai Mpu Putut, Mpu Kalik, dan Mpu Panggung yang sedang beradu kekuatan. Mereka melempar telur angsa ke kedung, dan pemenangnya adalah yang telur angsanya tidak pecah. Anehnya, meskipun semua telur pecah, tidak ditemukan cangkang telur di sekitar kedung. Kejadian ini dipercaya menjadi asal muasal sumber mata air di Kedung Kayang yang tidak pernah kering, meskipun di musim kemarau.
- Suara Gamelan di Malam Hari
Salah satu mitos yang dipercaya penduduk setempat adalah adanya suara gamelan yang terdengar di malam hari. Dikatakan bahwa dulu ada lima anak yang bermain di sekitar kedung, dan tiga di antaranya hilang akibat terbawa arus saat hujan. Setelah dua hari pencarian, ketiga anak itu ditemukan terjepit di antara akar pepohonan. Dari ketiga anak tersebut, dua sudah tidak dapat diselamatkan, sementara satu lainnya tak sadarkan diri. Saat si bocah itu dibawa ke rumah sakit, dia menceritakan bahwa ia dibawa oleh sosok besar berbulu panjang dan diberikan makanan yang enak. Sayangnya, dua temannya yang tak tertolong memakan hidangan itu, sementara dia hanya menangis dan memohon untuk pulang. Ketika ditemukan, kondisi anak ini sangat mengenaskan, dengan luka-luka akibat cekikan dan cakaran.
- Kumpulan Monyet di Waktu Tertentu
Di waktu-waktu tertentu, monyet-monyet yang tinggal di sekitar air terjun Kedung Kayang akan turun dan berkumpul seolah sedang mengerumuni sesuatu. Kumpulan ini biasanya terjadi pada hari Kamis Wage dan Jumat Kliwon di bulan Suro. Masyarakat meyakini bahwa ketika monyet-monyet tersebut berkumpul, itu adalah pertanda akan terjadinya bencana alam, terutama terkait dengan aktivitas Gunung Merapi yang dekat dengan air terjun. Warga diimbau untuk lebih berhati-hati dan waspada. (Achmad Aristyan – Berbagai sumber)