Di Desa Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Sakti Pumu, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan terdapat rumah adat yang dikenal dengan nama “Rumah Baghi” atau sering disebut “Rumah Lama”.
Rumah adat ini dimiliki oleh Ibu Mita dan menjadi salah satu warisan budaya yang mencerminkan kekayaan sejarah dan arsitektur tradisional setempat. Rumah Baghi memiliki ukiran yang indah dan unik, sehingga rumah ini juga dikenal dengan sebutan “Rumah Tatahan” karena motif-motif ukirannya yang khas.
Salah satu daya tarik utama dari Rumah Baghi adalah desain arsitekturnya yang unik. Meski telah berusia ratusan tahun, rumah ini tetap berdiri kokoh, menunjukkan bagaimana keterampilan dan ketelitian dalam membangun rumah tradisional pada zaman dahulu.
Motif ukiran yang menghiasi rumah ini sangat menarik, terutama motif bunga horizontal dan “bubulan” yang berbentuk lingkaran.
Menurut cerita, motif-motif ini melambangkan persatuan yang kuat di antara para penghuni rumah. Ukiran ini bukan hanya hiasan semata, melainkan memiliki nilai simbolis yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Selain itu, “bubulan” yang terdapat di bagian tengah rumah memiliki fungsi unik, yaitu sebagai lubang intip. Pada zaman perjuangan melawan penjajah, lubang ini digunakan oleh penghuni rumah untuk mengintip situasi di luar rumah tanpa terlihat, sehingga mereka bisa mengamati pergerakan musuh dengan aman.
Rumah adat Baghi yang dimiliki oleh Ibu Mita adalah warisan turun-temurun dari leluhur keluarga. Rumah ini berbentuk “rumah panggung” yang berdiri di atas enam tiang besar. Atapnya terbuat dari kayu “pehabung” dengan tambahan “gelumpal”, sedangkan dindingnya dibuat dari kayu jenis “medang”, “dehian”, dan “cemahe”—jenis kayu yang dikenal tahan lama dan bisa bertahan hingga ratusan tahun.
Rumah adat ini tidak hanya menjadi bukti keindahan arsitektur tradisional, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya masyarakat Desa Tanjung Alam.
Keberadaan Rumah Baghi di Desa Tanjung Alam mencerminkan kekayaan adat dan kearifan lokal yang terus dipertahankan hingga generasi kini.
Selain keunikan arsitektur dan ukiran yang dimiliki “Rumah Baghi” di Desa Tanjung Alam, rumah ini juga mencerminkan cara hidup masyarakat setempat pada masa lampau. Rumah panggung, yang menjadi ciri khas arsitektur tradisional Sumatra, tidak hanya dibangun untuk estetika, tetapi juga untuk fungsi praktis.
Konstruksi rumah panggung ini dirancang agar tahan terhadap kondisi lingkungan, seperti banjir, dan memberi perlindungan dari hewan liar yang mungkin mengancam penghuni rumah. Ketinggian rumah dari tanah juga memberikan sirkulasi udara yang baik, sehingga rumah tetap sejuk meski dalam cuaca panas.
Dari segi sosial, rumah adat seperti Rumah Baghi ini juga menjadi pusat aktivitas keluarga besar. Dalam adat setempat, rumah panggung seperti ini biasanya dihuni oleh beberapa generasi dalam satu keluarga, sehingga menjadi simbol ikatan keluarga yang erat.
Selain itu, ukiran-ukiran pada dinding rumah tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi sering kali memiliki makna filosofis yang mencerminkan pandangan hidup dan nilai-nilai masyarakat, seperti persatuan, keharmonisan, dan keindahan alam.
Tambahan lagi, rumah ini biasanya digunakan sebagai tempat berkumpul untuk upacara adat atau perayaan penting, seperti pernikahan, kelahiran, atau acara keagamaan. Dengan demikian, Rumah Baghi tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan identitas komunitas setempat.
Pemerintah daerah dan masyarakat sekitar berupaya menjaga dan melestarikan rumah adat ini agar nilai sejarahnya tetap terjaga. Keberadaan Rumah Baghi juga mulai menarik minat wisatawan yang ingin melihat langsung kekayaan budaya dan sejarah Kabupaten Lahat.
Pengunjung yang datang dapat menyaksikan keindahan ukiran, belajar tentang sejarah rumah ini, serta mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang kehidupan tradisional masyarakat Tanjung Alam.
Rumah Baghi kini menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang bernilai tinggi dan menjadi ikon warisan budaya lokal yang sangat penting untuk dilestarikan.
Upaya pelestarian ini juga sejalan dengan program pemerintah untuk mengembangkan pariwisata berbasis budaya, yang bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan adat istiadat kepada generasi muda dan pengunjung dari luar daerah. (Achmad Aristyan – Sumber: pariwisata.lahatkab.go.id)