Konon, nama Kabupaten Situbondo di Jawa Timur berasal dari legenda Pangeran Situbondo atau Pangeran Aryo Gajah Situbondo. Menurut cerita rakyat, Pangeran Situbondo tidak pernah menampakkan diri setelah mengalami kekalahan dalam pertarungan melawan Joko Jumput.
Dilansir dari laman situbondokab.go.id, keberadaan Pangeran Situbondo hanya diketahui lewat penemuan sebuah ‘odheng’ (ikat kepala) di wilayah Kelurahan Patokan yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Situbondo. Nama Situbondo sendiri dipercaya berasal dari kata “SITI” yang berarti tanah, dan “BONDO” yang berarti ikat, yang menggambarkan tradisi orang-orang pendatang yang diikat untuk menetap.
Legenda Pangeran Situbondo
Pangeran Situbondo berasal dari Madura dan pernah melamar Putri Adipati Suroboyo. Namun, lamaran itu ditolak dengan syarat untuk membabat hutan di sebelah Timur Surabaya, sebuah permintaan yang ternyata hanya alasan untuk mengulur waktu.
Adipati Suroboyo kemudian merencanakan untuk menyingkirkan Pangeran Situbondo dengan bantuan keponakannya, Joko Taruno, yang menantang Pangeran Situbondo dalam sebuah pertarungan. Namun Joko Taruno kalah, ia pun mengadakan sayembara bagi siapa saja yang bisa mengalahkan Pangeran Situbondo.
Joko Jumput, putra Mbok Rondo Prabankenco, akhirnya berhasil mengalahkan Pangeran Situbondo. Sang Pangeran pun terjatuh jauh hingga ke daerah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Situbondo, tempat ditemukan ‘odheng’ miliknya.
Joko Taruno yang kembali ke Surabaya mengaku ke Adipati Suroboyo telah mengalahkan Pangeran Situbondo. Namun Adipati Suroboyo tidak begitu saja mempercayainya, maka untuk membuktikannya disuruhlah Joko Taruno dan Joko Jumput bertarung untuk menentukan siapa yang menjadi pemenang sesungguhnya. Akhirnya pada saat pertarungan terjadi Joko Taruno tertimpa kutukan menjadi patung “Joko Dolog” akibat kebohongannya.
Sejarah Kota Situbondo
Sejarah Kabupaten Situbondo berawal dari Karesidenan Besuki yang pertama kali dikuasai Belanda pada abad ke-18. Pada masa itu, pemerintahan Belanda di Pulau Jawa diteruskan Raden Noto Kusumo, yang menjadi residen pertama Karesidenan Besuki pada tahun 1820.
Selama masa pemerintahannya, sejumlah proyek besar seperti pembangunan pabrik gula di Situbondo dan pembukaan pelabuhan di daerah ini turut mendukung perkembangan wilayah. Pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Situbondo setelah perkembangan wilayah ini lebih pesat dibandingkan daerah lain di Karesidenan Besuki.
Perubahan Nama Kabupaten
Pada awalnya, Kabupaten Situbondo dikenal sebagai Kabupaten Panarukan, dengan ibu kota berada di Situbondo. Nama Panarukan sendiri terkenal karena terletak di sepanjang jalan yang dibangun Gubernur Jendral Daendels pada awal abad ke-19, yang dikenal sebagai “Jalan Anyer – Panarukan”.
Pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir, pada tahun 1972, nama Kabupaten Panarukan berubah menjadi Kabupaten Situbondo berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28/1972. Pemindahan dan perubahan nama ini mempertegas identitas Kabupaten Situbondo yang terus berkembang hingga sekarang.
Perlu diketahui, Kediaman Bupati Situbondo pada masa lalu belumlah berada di lingkungan Pendopo Kabupaten namun masih menempati rumah pribadinya. Baru pada masa Pemerintahan Bupati Raden Aryo Poestoko Pranowo (± th 1900 – 1924), Pendopo Kabupaten dieorbaiki sekaligus membangun Kediaman Bupati dan Paviliun Ajudan Bupati hingga sekarang ini. Pada masa Pemerintahan Bupati Drs. H. Moh. Diaman, Pemerintah Kabupaten Situbondo memperbaiki kembali Pendopo Kabupaten (± th 2002). (Diolah dari berbagai sumber)