Gambang Rancag, kesenian tradisional Betawi yang merupakan gabungan berbagai kesenian, seperti musik, sastra, dan teater. Kesenian ini merupakan pantun berkait yang dinyanyikan dan ditampilkan dalam bentuk teater tutur dengan akting tertentu dan menggunakan iringan orkes gambang kromong
Seni pantun gambang rancang merupakan bagian dari tradisi lisan masyarakat Betawi pinggiran yang hidup di daerah Timur Jakarta yang berbatasan dengan Depok dan Bogor.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, kata rancag berarti irama cepat dan rancagan dapat juga diartikan penyajian lagu dan musik dengan irama cepat. Pengertian lain rancag, yaitu tuturan atau juga disebut pantun berkait.
Kesenian ini ditampilkan diiringi musik gambang kromong. Di masa lalu, seni rancag sangat diminati dan biasa ditampilkan di berbagai acara seperti hajatan, sunatan, dan lainnya.
Kini, seni berbalas pantun ini mulai redup. Para seniman gambang rancag pun berkeliling dari kampung ke kampung untuk menampilkan kesenian ini. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya zaman, kesenian ini mulai ditinggalkan.
Baca juga: Tari Topeng Betawi, Identitas Diri Warga Betawi
Kritik Penjajah
Dalam sejarahnya, menurut Yahya Saputra (2011), tradisi lisan ini berawal dari akhir abad ke-19. Pendapat ini didasarkan pada fungsi rancag sebagai kontrol sosial.
Pada masa penjajahan Belanda, Rancag digunakan masyarakat untuk mengkritik pemerintah Belanda, namun dengan cara yang lebih aman supaya tidak tertangkap. Salah satu tema rancag yakni si Pitung. Rancagan si Pitung adalah salah satu tema yang mengkritik dan juga mempresentasikan nilai semangat perlawanan terhadap pemerintah Belanda.
Salah satu tokoh gambang rancag yang terkenal adalah Jali jalut, pendiri grup seni gambang rancag Galih Putra dari Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sebelumnya, Jali adalah seniman lenong, yang kemudian beralih menjadi seniman gambang rancag.
Pada tahun 1960-an ketika zaman PKI, gambang rancag sempat berhenti dikarenakan dianggap sebagai alat propaganda untuk menghina Soekarno. Sempat kembali bangkit pada tahun 1970-an, namun kembali padam karena generasi muda kurang suka dengan jenis kesenian ini.
Tahun 2009 pemerintah mulai menghidupkan lagi dengan berbagai upaya. Hinga kini, pemerintah kerap mengadakan berbagai kegiatan seperti lomba, workshop, pelatihan dan sebagainya.
Baca juga: Lenong Betawi, Seni Pertunjukan Teater Penuh Makna
Cerita Rakyat
Rancag gambang merupakan kombinasi seni sastra, musik, dan seni tari, dan teater. Kesenian ini biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bergantian dan berbalas pantun. Biasanya membawakan lakon jagoan seperti; Si Pitung, Si Jampang, Si Angkri dan lain.
Alat musik pengiringnya antara lain gambang, kenong, gendang, kecrek, gong dan alat musik CiRa seperti tehyan, kongahyang, dan shukong. Lagu yang sering ditampilkan antara lain; Jali-Jali, Cente Manis, Stambul Siliwangi, Gelatik Ungu, Sipatmo, Macutay, dan lain-lain.
Dalam pergelaran gambang rancag ada 3 bagian. Bagian pembukaan disebut dengan phobin. Bagian ini berfungsi mengumpulkan penonton. Setelah itu lagu sayur yang berfungsi sebagai selingan. Baru setelah itu ngerancag sebagai acara utamanya.
Pemain rancag dituntut mampu bernyanyi, menyusun pantun dan hafal cerita yang akan dibawakan. Biasanya tema lirik dan lagu dalam gambang rancag berisi nasihat, kesetiaan, kasih sayang, perjuangan, sedih, dan jenaka.
Aspek cerita dalam gambang rancag mengambil cerita rakyat di daerah Betawi (ibukota Jakarta) di antaranya: Asal Mula Kelenteng Ancol, Bang Martian Kalipasir, Begawan Pulsaren, Si Angkri, Si Duleh, S Jampang, Si Pitung. (Dari berbagai sumber)