By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Simbol Patriotisme Masyarakat Maluku Dalam Gerak Tari Cakalele
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Simbol Patriotisme Masyarakat Maluku Dalam Gerak Tari Cakalele
Warisan Budaya

Simbol Patriotisme Masyarakat Maluku Dalam Gerak Tari Cakalele

Anisa Kurniawati
Last updated: 28/12/2024 03:32
Anisa Kurniawati
Share
Tari Cakalele merepresentasikan jiwa patriotisme masyarakat Maluku. Foto: wikimedia commons/ Ardian Djati
SHARE

Tari Cakalele merupakan tarian perang yang menggambarkan perjuangan rakyat Maluku melawan penjajahan. Biasanya tarian ini ditampilkan hingga 30 penari dalam acara-acara adat atau festival seni. Selain itu, gerakan  tari Cakalele juga menyimbolkan penghormatan terhadap nenek moyang.

Menurut laman Kemdikbud, kata cakalele berasal dari kata caka yang artinya setan atau roh dan lele yang artinya adalah mengamuk. Secara harfiah, tari cakalele adalah setan atau roh yang mengamuk.

Tarian ini termasuk sakral, sehingga tidak dapat ditarikan oleh orang luar Kepulauan Banda. Tari Cakalele memiliki riwayat sejarah yang cukup panjang dengan masyarakat Maluku.

Tarian Sakral

Kesenian ini merupakan wujud penghormatan pada nenek moyang masyarakat Maluku yaitu seorang pelaut. Sebelum melaut mereka mengadakan ritual pesta makan, minum dan berdansa. Ritual itulah dilambangkan sebagai tari Cakalele.

Tarian dari Maluku ini juga menggambarkan perjuangan rakyat Maluku. Tarian perang ini dipertunjukan untuk memberi semangat bagi pasukan yang akan melawan penjajah. Dengan menari Cakalele, mereka percaya direstu dari arwah leluhur. 

Seiring perkembangannya, tari Cakalele juga dipentaskan dalam berbagai upacara adat seperti pelantikan raja, perayaan hari Pattimura, peresmian Baileo dan acara seremonial lainnya.

Ada dua jenis tarian cakalele yang masih digelar. Pertama, tarian yang biasanya dipentaskan pada acara tertentu. Kedua, tarian yang dipentaskan dalam ritual adat yang melibatkan unsur roh.

Tarian Perang

Tari Cakalele biasa ditarikan dalam kelompok besar dengan jumlah penari bisa mencapai 30 orang. Meski merupakan pertunjukan tarian perang, tari ini terdiri dari penari laki-laki dan perempuan.

Penari laki-laki menggunakan properti yang disebut sebagai salawaku. Properti ini terdiri dari parang serta perisai. Sementara itu, penari perempuan akan menggunakan saputangan atau lenso yang dikibas-kibaskannya.

Maknanya adalah untuk memberikan ucapan salam perjuangan dan semangat kepada para prajurit yang akan pergi berperang. Properti lainnya yaitu Samarang yang berupa senjata pedang. 

Kostum penari Cakalele didominasi warna cerah seperti merah dan kuning di bagian bawah dan mengenakan penutup kepala disisipi bulu putih. Untuk penari perempuan, mengenakan pakaian adat Maluku dengan didominasi warna putih.

Iringan musik yang digunakan adalah dengan seperangkat alat musik gong, tifa serta bisa. Temponya dimainkan dengan cepat, sehingga penari bergerak dengan semangat.

Keunikan Cakalele

Keunikan dari tari ini adalah teriakan kata uale yang diserukan penari selama beberapa kali. Kata uale berarti darah yang membanjir. Dengan teriakan itu membuat penari semakin bersemangat. Hal ini sesuai dengan situasi perang. 

Hal unik lainnya yaitu dulu para penari akan meminum darah dari musuhnya, sebagai wujud persembahan pada roh. Tarian ini juga unik, karena para penarinya didominasi laki-laki

Darah manusia ini sempat diganti dengan darah ayam. Seiring berkembangnya waktu, bagian meminum darah tidak ditampilkan lagi, karena dianggap bukan bagian inti dari tari Cakalele. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenal Siwar Alat Tradisional Khas Lahat

Jejak Sejarah dan Makna Nama Kota Kediri

Mencicipi Minuman Penghangat Bir Pletok Khas Betawi

Candi Banyunibo Sleman, Sebatang Kara di Tengah Persawahan

Sejarah Dibalik Kelezatan Bola Daging Bakso Malang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Melihat Dahsyatnya Tsunami Aceh Melalui Monumen PLTD Apung
Next Article Desa Wisata Pekunden, Sukses Bersama Kreativitas dan Inovasi
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?