Bali memiliki banyak sekali tari tradisional yang unik, salah satunya yaitu Tari Panji Semirang. Secara umum Tari Panji Semirang biasanya dilaksanakan pada acara peringatan, upacara keagamaan, upacara adat dan lainnya.
Bukan hanya sekadar hiburan, tarian ini memiliki banyak makna dibaliknya. Dengan keindahan gerakannya, tari ini mengandung kisah perjuangan, kesetiaan, dan cinta. Kisah selengkapnya simak artikel berikut.
Simbol Kesetiaan dan Cinta Tulus
Disebut sebagai simbol kesetiaan dikarenakan kisah dibaliknya. Tari Panji Semirang mengisahkan tentang seorang putri bernama Galuh Candrakirana yang mencari Panji untuk mencari suaminya, Galuh Inu Kertapati, yang hilang dengan cara menyamar sebagai laki-laki bernama Raden Panji.
Perjalanan menyamarnya tidak mudah. Perjuanganya itu dipenuhi tantangan dari saudara tirinya, Galuh Liku, yang juga mencintai Inu Kertapati dan berusaha memisahkan mereka. Namun, kedua pasangan terpisah tersebut akhirnya bertemu.
Kisah ini mensimbolkan keteguhan hati, keberanian, dan cinta sejati tentang bagiamana upaya seorang wanita untuk melampaui batasan gender demi mencapai tujuannya. Tarian ini mengajarkan bahwa kesetiaan, cinta yang tulus, perjuangan akan berakhir kebahagian.
Keunikan Tari Panji Semirang
Keunikan dari tarian ini adalah penggunaan berbagai pola lantai. Contohnya seperti pola vertikal dan pola horizontal di mana mereka membentuk garis menyamping. Pola lantai ini memiliki makna sesuai dengan tema tarian dan menambah cantik tarian.
Salah satu hal menonjol lainnya yaitu peran tari putra akan dibawakan oleh penari wanita sesuai kisah dibaliknya. Gerakan tari ini baik perempuan maupun laki-laki adalah tarian yang lembut dan halus serta ditampilkan dalam adegan drama.
Selain itu, Tari Panji Semirang juga ditampilkan hanya dalam potongan tertentu, bukan secara keseluruhan. Tarian ini diiringi gamelan berupa gong kebyar.
Keunikan lainnya yaitu tata rias yang digunakan berwarna sangat cerah yaitu merah, kuning, dan biru. Untuk kostumnya menggunakan destar, bunga merah di telinga kanan, bunga putih di telinga kiri, bunga mas, badong, penutup dada, gelang kana, anting-anting, dan kipas.
Kisahnya yang dapat mengajarkan mengenai kesetiaan dan perjuangan, membuat tarian ini patut untuk dilestarikan. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)