By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tari Rong Tek Banyumasan Kreasikan Bunyi Kentongan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Tari Rong Tek Banyumasan Kreasikan Bunyi Kentongan
Warisan Budaya

Tari Rong Tek Banyumasan Kreasikan Bunyi Kentongan

Anisa Kurniawati
Last updated: 19/11/2024 11:06
Anisa Kurniawati
Share
Foto: budaya-Indonesia.org
SHARE

Tari Rong Tek, dikenal sebagai tarian yang dikembangkan dan dimodifikasi dari tari Lengger Banyumasan, merujuk asal daerahnya Banyumas, Jawa Tengah. Ciri khas dari tari ini adalah menggunakan kentongan sebagai iringan musiknya.

Tarian ini menggambarkan kehidupan masyarakat Banyumas, terutama perempuan. Bagi masyarakat Jawa Tengah, tari Rongtek mungkin terdengar asing. Dilansir dari laman, budaya-Indonesia.org, Rong Tek berasal dari dua kata yaitu, “Rong” diambil dari suku pertama kata “ronggeng”.

Berdasarkan bahasa Banyumas Rong berartinya penari atau lengger. Sementara, “tek” diambil dari suara kentongan bambu yang menjadi properti pementasan. Tari Rong Tek disebutkan hasil kreasi seniman bernama Susiati pada tahun 2013.

Gerakannya mempresentasikan anak muda yang lincah, bertingkah konyol, dan ceria. Tari kreasi ini biasanya dibawakan 5 sampai 10  perempuan. Para penari menggunakan pakaian khas lengger Banyumas yang sudah dimodifikasi sehingga tampak lebih menarik.

Baca juga: Tari Caci Simbol Keperkasaan Laki-Laki Manggarai

Namun ada beberapa bagian yang masih dipertahankan. Diantaranya yaitu pada bagian pinggang, para penari mengenakan stagen. Pemakaian sampur yang selalu disandang di bagian bahu juga sama dengan penari lengger. Untuk bagian bawah, para penari mengenakan kain batik panjang yang disebut jarit. Pada bagian kepala penari, dihias dengan konde yang diberi tambahan kanthil.

Beberapa hiasan dari warna emas atau perak juga ditambahkan. Hiasan ini dapat diubah dengan ornamen lain sesuai keinginan penari.  Biasanya ornamen yang ditambahkan berupa daun-daunan yang tampak indah saat bergoyang-goyang seiring gerak tubuh penari.

Sama halnya dengan tradisi lengger dalam budaya Banyumas, musik yang mengiringi pementasan tari kreasi Rong Tek juga berasal dari suara gamelan calung. Namun, alat musik utama dalam gamelan calung terbuat dari bambu wulung. 

Baca juga: Tari Topeng Cirebon, Bermula Dari Keraton

Alat musik utama ini kemudian dikolaborasikan dengan kenong, gong, kendang. Selain itu, juga digunakan beberapa alat musik modern. Ciri khas dari tarian ini adalah para penari membawa kentongan untuk dibunyikan sambil menggerak-gerakkan tubuhnya mengikuti iringan musik. 

Dalam masyarakat Banyumas, kentongan dijadikan sebagai alat musik dan alat komunikasi darurat dalam kegiatan ronda. Namun fungsi kentongan di dalam tari kreasi rong tek dianggap sebagai hal yang biasa. Bunyi kentongan ini membuat gerakan penari menjadi lebih ceria.

Walaupun lahir dari tari lengger, tari Rong Tek lebih bersifat umum daripada sakral. Suara kentongan juga bukan menggambarkan sebagai hal darurat namun mempresentasikan keceriaan. Inilah kreasi seni yang berusaha mengikuti zaman agar kesenian aslinya tidak ditinggalkan. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Menyaksikan Gerakan Dansa Tentara Belanda dalam Tari Dolalak

Mi Ongklok Longkrang: Ikon Kuliner Wonosobo Sejak 1975

Kerupuk Melarat Bukan Sekedar Makanan Rakyat Jawa Barat

5 Kue Khas Tahun Baru Imlek, Simbol Pembawa Keberuntungan 

Kisah Sang Ibu Menghibur Si Gadis dalam Tarian Nek Pung 

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kenduri Rabu Abeh, Tradisi Tolak Bala Masyarakat Aceh
Next Article Peringatan 100 Tahun Tokoh Sastra A.A. Navis di Prancis
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?