By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tari Srimpi Lobong, Karya Klasik Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Tari Srimpi Lobong, Karya Klasik Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
Warisan Budaya

Tari Srimpi Lobong, Karya Klasik Sri Sultan Hamengku Buwono VIII

Anisa Kurniawati
Last updated: 24/01/2025 15:54
Anisa Kurniawati
Share
Foto: kratonjogja.id
SHARE

Srimpi Lobong merupakan karya seni dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921–1939). Nama “lobong” diambil dari judul gendhing utama yang menjadi iringannya, yaitu Gendhing Lobong. 

Dilansir dari kratonjogja.id, tari Srimpi Lobong diadaptasi dari Serat Kandha Ringgit Purwo. Tarian ini mengisahkan pertempuran Dyah Dewi Srikandhi dan patih Simbarmanyura Dyah Dewi Suradewati. 

Dewi Srikandhi digambarkan sebagai sosok yang tegas dan lantang, sedangkan Dewi Suradewati memiliki paras cantik dan kemampuan luar biasa. Dalam cerita, kedua prajurit tersebut bertarung menggunakan senjata berupa jemparing (panah) dan duwung (keris).

Keduanya bertarung dengan sengit hingga membuat Arjuna kagum. Dia kemudian memberikan senjata pamungkas kepada Dewi Srikandhi yang kemudian bisa mengalahkan Dewi Suradewati. Usai kekalahan itu, Dewi Suradewati diperistri Arjuna dan dibawa ke Madukara.

Peran Penting Sri Sultan Hamengku Buwono VIII

Tarian Srimpi Lobong lahir atas inisiatif Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Tarian ini diciptakan setelah Sultan mendapatkan penghargaan kehormatan dari Gubernur Belanda yang memimpin wilayah Yogyakarta.

Tahun 1920, ketika Gusti Pangeran Harya (GPH) Puruboyo—nama kecil Sultan HB VIII—sedang menempuh pendidikan di Belanda, ayahnya, Sri Sultan HB VII, mengungkapkan niat turun takhta. 

Singkatnya, GPH Puruboyo kembali ke Yogyakarta dan dinobatkan menjadi Sultan pada Februari 1921. Proses pengangkatan Sultan HB VIII dirayakan dengan upacara resmi dan beragam hiburan, termasuk dansa dan bedhaya, digelar hingga dini hari. Inspirasi menciptakan syair Srimpi Lobong muncul dari suasana meriah saat pengangkatan Sultan baru.

Pertunjukan Srimpi Lobong

Iringan Srimpi Lobong menggunakan laras slendro pathet manyuro. Gendhing utama, yaitu Gendhing Lobong, menjadi penanda adegan penting dalam tarian. Komposisi musiknya serupa dengan Bedhaya Lobong, namun ada beberapa perbedaan, seperti penggunaan Ladrang tertentu.

Srimpi Lobong memiliki tiga bagian utama: kapang-kapang majeng (awal), inti cerita, dan kapang-kapang mundur (penutupan). Pola lantai tarian ini didominasi gerakan lurus sejajar (erek), tanpa pola diagonal seperti tarian srimpi lainnya. 

Dalam adegan perang, para penari tidak langsung bertarung, melainkan menunjukkan kekuatan terlebih dahulu. Properti yang digunakan dalam adegan ini adalah jemparing dan duwung. 

Puncak cerita menggambarkan kemenangan Dewi Srikandhi atas Dewi Suradewati dengan iringan Gendhing Lobong. Kostum penarinya terdiri atas rompi, kain bermotif seredan, serta hiasan berupa jamang dan bulu di kepala. 

Penari juga dilengkapi aksesori seperti cincin dan hiasan kepala, dengan properti jemparing dan duwung sebagai pelengkap adegan peperangan.

Tari srimpi lobong adalah tarian klasik yang berasal dari Keraton Jogja. Tarian ini memiliki kedudukan istimewa di keraton-keraton Jawa.

You Might Also Like

Tahu Takwa, Ikon Kuliner Kediri yang Eksis Sejak 1912

Perpusnas Ajak Generasi Muda Lestarikan Permainan Tradisional

Nikmatnya Ayam Nanas, Kuliner Khas Kabupaten Lahat

Monumen Simpang Lima Gumul, Simbol Kebanggaan Kediri

Asah Strategi dan Kerja Sama Melalui Permainan Gobak Sodor

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kuliner Sie Itek, Kuah Bebek Berselimut Rempah Khas Aceh
Next Article Riau Modest Fashion Parade Momentum Angkat Identitas Melayu
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?