Thong-Thong Lek merupakan salah satu kesenian tradisional dari Rembang, Jawa Tengah yang selalu menghiasi bulan Ramadhan. Terbuat dari bambu, dulunya alat musik ini digunakan untuk membangunkan sahur hingga kemudian menjadi kesenian tradisional ikon kota Rembang.
Istilah thong-thong lek sendiri berasal dari kata kentongan dan melek. Kentongan merupakan sepotong bambu yang berukuran kurang lebih 60 cm dan dilubangi memanjang sealur dengan bambu. Sementara kata “melek” berasal dari bahasa Jawa yang berarti terbangun.
Bagi masyarakat Rembang thong-thong lek merupakan salah satu kesenian tradisional yang selalu menghiasi bulan Ramadhan. Menurut sejarah, kesenian ini dulunya masih berupa kentongan yang digunakan untuk membangunkan sahur saat bulan Ramadhan.
Lambat laun, alat musik ini dikombinasikan bersama alat lain. Kemudian menjelma menjadi kesenian tradisional yang menjadi ikon kota Rembang. Seiring dengan perkembangannya, alat musik yang digunakan dalam Thong-thong lek mengalami perkembangan. Dari yang semula hanya kentongan dan beberapa alat musik ritmis, akhirnya ada pula alat musik elektrik.
Pada umumnya, untuk menghasilkan irama yang enak, dibutuhkan minimal beberapa alat musik, diantaranya 4 buah kentongan, bumbung sebagai bas dengan tiga suara tinggi, sedang, dan rendah, serta tambon satu buah.
Baca juga: Masjid Agung Rembang, Cagar Budaya Tertua
Festival Thon-Thong Lek
Seiring dengan berkembangnya alat musik ini, pada tahun 1975, pemerintah Kabupaten Rembang pertamakali mengadakan Festival Thong-thong lek yang masih berlangsung hingga sekarang. Acara ini biasanya digelar kurang lebih satu minggu sebelum Idulfitri. Peserta yang ikut terdiri dari pemain musik (pemukul kentongan dan berbagai alat musik lain) dan juga penyanyi.
Jumlah peserta festival tiap tahun mengalami perubahan, tergantung dengan antusias masyarakat. Festival ini dilaksanakan dengan cara berkeliling kota Rembang sesuai rute yang ditetapkan panitia.
Lagu yang dibawakan biasanya bergenre religi sesuai tema yang diusung. Umumnya ada lagu wajib yang disiapkan panitia dan harus dimainkan pada tiap festival. Selain itu juga ada lagu pilihan peserta seperti lagu daerah atau peserta yang mengubah lirik dan aransemen musiknya.
Setiap tahunnya, festival ini disambut antusias ribuan masyarakat Rembang yang memadati pinggir jalan yang dilewati peserta festival. Festival budaya ini juga menarik perhatian dari pengujung luar daerah. (Dari berbagai Sumber)