Setiap tahun, masyarakat Desa Candimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, melaksanakan tradisi Nyadran Demangan, sebuah ritual sakral yang digelar pada Jumat Kliwon di bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa.
Tradisi ini menjadi bagian dari warisan budaya setempat yang diwariskan turun-temurun sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan wujud syukur menjelang datangnya bulan Ramadan.
Melansir dari kedu.harianjogja.com, salah satu keunikan utama dari Nyadran Demangan adalah pantangan mencicipi makanan yang diolah untuk acara itu.
Juru Kunci Makam Demangan, Romidi, menjelaskan bahwa aturan ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan dipercaya memiliki konsekuensi jika dilanggar.
Pantangan Mencicipi Makanan
Dalam proses persiapan Nyadran Demangan, warga setempat menyiapkan ratusan tenong atau wadah makanan khas dari anyaman bambu berisi berbagai macam hidangan.
Namun, selama proses memasak, tidak ada satu pun makanan yang boleh dicicipi, baik warga setempat maupun orang luar yang ikut berpartisipasi.
Dilansir dari Inews.id, kepercayaan masyarakat menyebutkan bahwa siapa pun yang melanggar pantangan ini bisa mengalami kejadian buruk.
Romidi mengungkapkan bahwa ada beberapa kejadian di mana orang dari luar desa mencoba mencicipi makanan sebelum ritual, tetapi mengalami kesialan di perjalanan, sakit berkepanjangan, atau mengalami musibah lainnya.
Karena itu, masyarakat tetap mematuhi amanah para leluhur untuk menjaga kesakralan tradisi ini.
Prosesi Kirab dan Makna Nyadran Demangan
Nyadran Demangan diawali prosesi kirab warga menuju Makam Kiai Demang, sosok leluhur yang dihormati dengan membawa tenong berisi makanan. Warga berbondong-bondong ke makam untuk berdoa dan memanjatkan rasa syukur.
Setelah prosesi selesai, makanan yang dibawa kemudian dibagikan dan dinikmati bersama, menciptakan momen kebersamaan yang mempererat ikatan sosial masyarakat.
Selain memiliki makna spiritual dan budaya, Nyadran Demangan menjadi daya tarik wisata unik.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Tri Raharjo, menyebut pihaknya berupaya mendokumentasikan sejarah dan cerita rakyat dari tradisi ini agar menjadi bagian dari potensi wisata budaya daerah.
Pelestarian Tradisi Nyadran Demangan sebagai Daya Tarik Budaya
Nyadran Demangan memiliki nilai budaya yang patut dijaga. Keunikannya, terutama pantangan mencicipi makanan selama proses memasak, menjadi daya tarik tersendiri yang membedakannya dari tradisi nyadran di daerah lain.
Pemerintah setempat berharap bahwa dokumentasi dan penggalian lebih dalam mengenai asal-usul serta narasi sejarah di balik Nyadran Demangan dapat membantu memperkenalkan tradisi ini ke masyarakat luas.
Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya bertahan di kalangan warga setempat tetapi juga dapat menjadi bagian dari warisan budaya yang menarik bagi wisatawan dan generasi mendatang.
Nyadran Demangan tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal, nilai kebersamaan, serta penghormatan kepada leluhur yang tetap lestari hingga kini.