By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Nyadran Demangan dan Larangan Mencicipi Masakan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Nyadran Demangan dan Larangan Mencicipi Masakan
Tradisi

Tradisi Nyadran Demangan dan Larangan Mencicipi Masakan

Achmad Aristyan
Last updated: 11/02/2025 02:47
Achmad Aristyan
Share
Prosesi kirab dalam Nyadran Demangan. Foto: Instagram/@dinbudpar_temanggung
SHARE

Setiap tahun, masyarakat Desa Candimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, melaksanakan tradisi Nyadran Demangan, sebuah ritual sakral yang digelar pada Jumat Kliwon di bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa. 

Tradisi ini menjadi bagian dari warisan budaya setempat yang diwariskan turun-temurun sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan wujud syukur menjelang datangnya bulan Ramadan.  

Melansir dari kedu.harianjogja.com, salah satu keunikan utama dari Nyadran Demangan adalah pantangan mencicipi makanan yang diolah untuk acara itu.

Juru Kunci Makam Demangan, Romidi, menjelaskan bahwa aturan ini sudah berlangsung sejak zaman dahulu dan dipercaya memiliki konsekuensi jika dilanggar.  

Pantangan Mencicipi Makanan

Dalam proses persiapan Nyadran Demangan, warga setempat menyiapkan ratusan tenong atau wadah makanan khas dari anyaman bambu berisi berbagai macam hidangan.

Namun, selama proses memasak, tidak ada satu pun makanan yang boleh dicicipi, baik warga setempat maupun orang luar yang ikut berpartisipasi.  

Dilansir dari Inews.id, kepercayaan masyarakat menyebutkan bahwa siapa pun yang melanggar pantangan ini bisa mengalami kejadian buruk.

Romidi mengungkapkan bahwa ada beberapa kejadian di mana orang dari luar desa mencoba mencicipi makanan sebelum ritual, tetapi mengalami kesialan di perjalanan, sakit berkepanjangan, atau mengalami musibah lainnya. 

Karena itu, masyarakat tetap mematuhi amanah para leluhur untuk menjaga kesakralan tradisi ini.  

Prosesi Kirab dan Makna Nyadran Demangan  

Nyadran Demangan diawali prosesi kirab warga menuju Makam Kiai Demang, sosok leluhur yang dihormati dengan membawa tenong berisi makanan. Warga berbondong-bondong ke makam untuk berdoa dan memanjatkan rasa syukur. 

Setelah prosesi selesai, makanan yang dibawa kemudian dibagikan dan dinikmati bersama, menciptakan momen kebersamaan yang mempererat ikatan sosial masyarakat.  

Selain memiliki makna spiritual dan budaya, Nyadran Demangan menjadi daya tarik wisata unik.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Tri Raharjo, menyebut pihaknya berupaya mendokumentasikan sejarah dan cerita rakyat dari tradisi ini agar menjadi bagian dari potensi wisata budaya daerah.  

Pelestarian Tradisi Nyadran Demangan sebagai Daya Tarik Budaya  

Nyadran Demangan memiliki nilai budaya yang patut dijaga. Keunikannya, terutama pantangan mencicipi makanan selama proses memasak, menjadi daya tarik tersendiri yang membedakannya dari tradisi nyadran di daerah lain.  

Pemerintah setempat berharap bahwa dokumentasi dan penggalian lebih dalam mengenai asal-usul serta narasi sejarah di balik Nyadran Demangan dapat membantu memperkenalkan tradisi ini ke masyarakat luas. 

Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya bertahan di kalangan warga setempat tetapi juga dapat menjadi bagian dari warisan budaya yang menarik bagi wisatawan dan generasi mendatang.

Nyadran Demangan tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal, nilai kebersamaan, serta penghormatan kepada leluhur yang tetap lestari hingga kini. 

You Might Also Like

Udan Dawet, Ritual Meminta Hujan di Banyuanyar Boyolali

Tradisi Menjamu Benua, Cara Sultan Kutai Berkabar Ke Leluhur

Upacara Nyadran Gunung Silurah Resmi Jadi Warisan Budaya

Upacara Bekakak, Tradis Yang Masih Lestari

Unan-Unan, Tradisi Suku Tengger Lengkapi Hilang Bulan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article 10 Larangan yang Wajib Dipatuhi Wisatawan di Kawasan TNBTS
Next Article Pemkab Buleleng, Bali Targetkan 1,7 Juta Wisatawan pada 2025
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?