By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Tiba Pinah Lestarikan Laut Masyarakat Suku Bajo
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Tiba Pinah Lestarikan Laut Masyarakat Suku Bajo
Tradisi

Tradisi Tiba Pinah Lestarikan Laut Masyarakat Suku Bajo

Anisa Kurniawati
Last updated: 05/02/2025 06:02
Anisa Kurniawati
Share
Ilustrasi. Suku Bajo yang sedang berlayar. Foto: mongabay.co.id
SHARE

Keunikan budaya masyarakat Suku Bajo di Desa Torosiaje, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, tidak hanya terlihat dari cara hidup mereka yang dekat dengan laut. Tetapi juga dalam ritual mereka, yaitu tradisi Tiba Anca.

Tradisi ini dilakukan bertujuan untuk pengobatan, pencarian orang hilang, dan kemudahan rezeki.

Bagi suku Bajo, laut merupakan sumber kehidupan. Mereka mempercayai bahwa ada penguasa laut yang mengatur kehidupan mereka. Bagi mereka laut adalah sumber makanan, transportasi, pengobatan, tempat tinggal, hingga sumber kebaikan dan keburukan. 

Rangkaian Prosesi Tiba Pinah

Prosesi ini merupakan bagian dari rangkaian acara tradisi Tiba Pinah yang membutuhkan berbagai bahan seperti pinang, telur, sirih, gambir, nasi, dan rokok.

Tradisi ini tidak hanya dilaksanakan di laut, tetapi juga di daratan. Menurut kepercayaan warga setempat, Tradisi ini dilaksanakan karena manusia telah membuat makhluk halus resah.

Manusia telah seenaknya di laut dan manusia juga sudah banyak mendapatkan hasil laut, maka harus ada timbal balik kepada penjaga laut. Jika ritual ini tidak dilakukan konon, warga akan sakit-sakitan, pendapatan menurun, hingga berakibat kematian.  

Selama ritual, ada pantang yang harus ditaati. Misalkan tidak turun melaut selama tiga malam. Alasannya karena dikhawatirkan mengganggu penjaga laut ketika menikmati sesajen. 

Ritual dimulai dengan menata bahan-bahan di atas piring. Kemudian dupa dibakar di arang yang ada dalam wadah tanah liat. Pemimpin ritual kemudian mengambil air dan meletakkannya di atas arang mengenai asap.

Sambil membacakan mantra-mantra, air itu diputar mengelilingi asap sebanyak empat kali melawan arah jarum jam. Proses selanjutnya yaitu bahan-bahan tadi dibawa ke perahu untuk nantinya dibuang di tempat yang sudah diarahkan.

Selama di perjalanan, terdapat pantangan yang harus dihindari yakni dilarang berisik dan berkata kotor. Biasanya dilakukan di laut yang tenang di gugusan karang.

Suku Bajo mempercayai bahwa di gugusan karang merupakan tempat bersemayam arwah para leluhur. Sambil mengucapkan mantra, sesajian di tumpahkan ke permukaan laut secara perlahan, mengakhiri ritual. 

Baca juga: Tradisi Pengusir Pageblug Melalui Kesenian Dongkrek Madiun

Peran Ritual dalam Pelestarian Lingkungan

Tradisi Tiba Pinah juga dipercaya menjaga keseimbangan alam dan berkontribusi pada kelestarian lingkungan. Hutan mangrove di sekitar Torosiaje menjadi salah satu lokasi utama pelaksanaan ritual, di mana beberapa titik dikeramatkan dan dijadikan hutan larangan.

Masyarakat dilarang menebang pohon mangrove di area itu, yang membantu menjaga ekosistem hutan mangrove. Ritual ini bukan sekadar upaya penyembuhan, tetapi juga menjadi sarana perlindungan bagi hutan mangrove. 

Kearifan lokal seperti yang dimiliki Suku Bajo membuktikan bahwa budaya dan tradisi dapat menjadi bagian dari strategi pelestarian lingkungan.

Selain menjaga ritual-ritual yang telah diwariskan turun-temurun, masyarakat juga ikut menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi sumber kehidupan mereka. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Horja Bius, Cara Masyarakat Batak Menyelesaikan Permasalahan

Imunisasi Tradisional Balita Buton Melalui Tradisi Pedole-dole

Tradisi Waruga Minahasa, Penguburan Jenazah Dengan Peti Batu

Adu Nyali dan Ketangkasan dalam Tradisi Ngrebeg Mekotek Bali

Nguras Enceh, Tradisi Sakral di Kompleks Makam Raja Imogiri

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kuil Hindu Murugan Temple Terbesar di ASEAN Diresmikan
Next Article Jejak Karya Penulis Novel Roman Populer Indonesia Marga T
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?