Di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah pantai yang dihiasi gugusan batu besar yang dikenal sebagai Watu Maladong. Namun, nama ini lebih dari sekadar sebuah tempat karena terhubung dengan sebuah legenda yang diwariskan turun-temurun.
Seperti yang diceritakan dalam kanal YouTube Stories World, legenda ini menceritakan tentang seorang petani sederhana yang berhasil memperoleh batu sakti, Watu Maladong, yang dipercaya memiliki kekuatan untuk membawa kesuburan dan kehidupan bagi masyarakat setempat.
Penyu Raksasa
Legenda ini berpusat pada tiga tokoh utama yaitu Kepala Desa yang menyalahgunakan kekuatan Watu Maladong, seorang petani jujur dan pekerja keras, serta nenek bijaksana yang memberikan petani ramuan sakti dan ilmu bela diri.
Watu Maladong dipercaya mampu membawa kesuburan bagi tanah Sumba yang kering dan panas akibat iklim sabana tropis.
Suatu hari, petani yang tinggal sendirian mendapati kebunnya rusak karena babi hutan. Meski kebunnya terlindungi pagar tinggi, babi hutan tetap merusaknya.
Petani, yang membawa tombak sakti Numbu Ranggata, kemudian berhasil mengalahkan babi hutan dan mengikuti jejaknya hingga pantai. Di sana, ia bertemu dengan siluman penyu raksasa yang menawarkan bantuan untuk menyeberangkannya ke pulau lain.
Penyelamatan Nenek Bijaksana
Di pulau seberang, petani bertemu dengan seorang wanita tua yang memberi tahu bahwa babi hutan itu adalah sekelompok orang berilmu yang bisa berubah wujud. Wanita itu juga memberikan petani, ramuan sakti dan ilmu bela diri untuk menghadapi musuh yang lebih besar, yaitu Kepala Desa.
Sang Petani akhirnya menuju rumH Kepala Desa yang sedang terluka parah akibat tombaknya sendiri. Setelah berhasil menyembuhkan Kepala Desa, petani meminta kembali tombaknya dan Watu Maladong. Namun permintaan itu ditolak.
Kepala Desa, yang merasa dihina, menantang petani bertarung. Dalam duel sengit, petani menggunakan ilmu yang diberikan nenek bijaksana dan kekuatan tombaknya untuk mengalahkan Kepala Desa dengan memanggil petir.
Simbol Kesuburan
Kepala Desa akhirnya mengakui kekalahan dan menyerahkan Watu Maladong. Batu itu terdiri dari tiga bagian yang masing-masing memberikan hasil pertanian dan sumber air yang tak pernah habis.
Petani yang jujur dan gigih akhirnya membawa Watu Maladong pulang ke Sumba, dan batu sakti itu menjadi simbol kesuburan serta berkah bagi masyarakat setempat. Legenda ini mengajarkan tentang pentingnya kejujuran, kerja keras, dan kebaikan hati dalam menghadapi tantangan hidup.