By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi
Warisan Budaya

Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi

Anisa Kurniawati
Last updated: 09/11/2024 01:06
Anisa Kurniawati
Share
Wayang Kulit Cirebon
Wayang Kulit Cirebon. Foto: wikimedia commons/ Gerdie H.N
SHARE

Wayang Kulit Cirebon merupakan salah satu ragam wayang kulit tradisional asli Indonesia. Perkembangannya sendiri telah ada sejak masa Hindu-Budha ke masa Islam di wilayah Kesultanan Cirebon. Dulunya, kesenian ini digunakan sebagai bentuk diplomasi dakwah. 

Di Cirebon, kesenian wayang kulit juga berperan penting dalam penyebaran Islam di daerah Cirebon yang dilakukan Wali Songo.  Wayang Kulit Cirebon dibuat terutama dari kulit sapi atau kulit kerbau yang diberi kerangka dari bambu dan pegangan yang disebut cempurit.

Setiap wayang memiliki bentuk, wajah, dan warna yang khas sesuai dengan karakteristik dan sifat masing-masing tokoh. Wayang kulit di Cirebon juga biasa dikenal sebagai Wayang Purwa karena dipandang sebagai jenis wayang paling awal. 

Berfungsi Religius

Kemunculan Wayang Cirebon tidak terlepas dari peranan Sunan Kudus pada tahun 1583. Setelah menyebar di Jawa, kesenian ini juga masuk ke Cirebon hingga menyebar ke daerah lain di Jawa Barat. Pada saat itu, wayang golek banyak dipentaskan dalam bahasa Jawa, namun kurang begitu populer.

Seiring waktu, Wayang yang biasa terbuat dari kulit, diganti bahan papan tipis. Pada abad 19 ke abad 20, wayang ini mulai berbentuk seperti boneka dan dikenal sebagai wayang golek hingga saat ini. 

Dalam pementasannya di Cirebon, wayang golek dipentaskan dalam Bahasa Sunda sehingga digemari oleh masyarakat luas. Setiap pementasan wayang golek, sang dalang selalu menyisipkan cerita yang mengandung pesan moral. 

Di Cirebon, wayang golek memiliki sebutan khusus yaitu wayang bendo atau wayang cepak. Hal ini dikarenakan tutup kepala wayang berbentuk seperti bendo atau rambut yang dicepak. 

Wayang kulit dipentaskan dalam berbagai acara seperti perayaan kelahiran, sunatan, pernikahan, ataupun upacara tolak bala. Wayang kulit tidak hanya sarana hiburan namun juga memiliki fungsi religius yang muatan dakwah dan pesan-pesan keagamaan.

Baca juga: Wayang Orang Sriwedari, Kesenian Solo yang Masih Lestari

Duta Diplomasi

Dilansir dari laman cirebonkota.go.id, para Wali Songo  mempengaruhi bentuk wayang kulit di Cirebon. Ciri khas Wayang Kulit Cirebon adalah menggunakan pakaian, sementara wayangnya berwarna cat kehijauan dengan bentuk tatahan halus.

Pakem Wayang Cirebon sering mengacu pada Kitab Ramayana dan Mahabharata. Dengan tujuan untuk penyebaran agama Islam itu sendiri, oleh Sunan Panggung (Sunan Kalijogo) ceritanya dibuat bernafaskan Islam dan diperbarui sesuai dasar-dasar ajaran agama Islam.

Tokoh punakawan pun menjadi  9 orang yang melambangkan jumlah 9 orang Wali Songo.  Tokoh tersebut adalah Semar, Bagong, Ceblek, Gareng, Dawala, Cingkring, Witorata, Bagol Buntung, dan Curis.

Wayang Cirebon memiliki visualisasi ala wayang Hindu yang masih tersisa kuat. Hal inilah yang membuat wayang Cirebon dianggap sebagai wayang kuna. Namun, saat ini mulai dikreasikan dengan pengaruh Islam. 

Baca juga: Wayang Beber, Wayang Tertua di Indonesia

Misalnya wayang Gunungan Jaler kreasi Rastika dari Gegesik menampilkan wujud Ganesha yang tersusun atas kaligrafi Arab, berlafalkan kalimat tahlil, shalawat, dan syahadat. Ada juga wayang tokoh Panakawan Cungkring dengan kalung yang bertuliskan lafaz “Allah”. 

Pementasan wayang kulit, lebih sering menggunakan bahasa pengantar dialek Cirebon. Namun setelah tahun 1980, bahasa yang digunakan dicampur dengan bahasa Indonesia yang bertujuan agar masyarakat terutama anak muda memahami isi ceritanya.

Hingga kini Wayang Cirebon tetap menjadi duta diplomasi yang menyatukan berbagai budaya, kisah-kisah epik India, ajaran tarekat, hiburan modern dan lainnya.

You Might Also Like

Tambak Karang, Lukisan Beras Alas di Ritual Festival Erau

272 Warisan Takbenda Direkomendasikan jadi Warisan Budaya

Memahami Filosofi Habonaron Do Bona Di Simalungun

Senjata Tradisional Kujang, Pusaka Ikon Budaya Jawa Barat

Melestarikan Warisan Budaya Limau Baronggeh dan Saluang Pauh

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Sastrawan Amir Hamzah. Amir Hamzah, Raja Penyair Zaman Pujangga Baru
Next Article Monumen Nosarara Nosabatut Monumen Nosarara Nosabatutu, Ikon Perdamaian Di Palu
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?