By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Filosofi Di Balik Kesenian Tari Boran Khas Lamongan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Filosofi Di Balik Kesenian Tari Boran Khas Lamongan
Warisan Budaya

Filosofi Di Balik Kesenian Tari Boran Khas Lamongan

Achmad Aristyan
Last updated: 04/12/2024 14:11
Achmad Aristyan
Share
Tari Boran yang jadi salah satu kesenian tradisional khas Lamongan. Foto: jdih.lamongankab.go.id
SHARE

Tari Boran merupakan tarian tradisional khas Lamongan, Jawa Timur, yang mengisahkan kehidupan penjual nasi boran saat mereka menjajakan dagangannya dan berinteraksi dengan para pembeli.

Tarian ini tidak hanya memukau dengan keindahan gerakan dan estetika seninya, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai filosofis yang mendalam, menjadikannya warisan budaya yang sangat berharga.

Melansir dari laman lamongankab.go.id, Tari Boran lahir dari inspirasi kehidupan sehari-hari para penjual nasi boran, makanan khas Lamongan yang populer di kalangan masyarakat setempat. Pada zaman dahulu, para penjual ini menjajakan dagangannya dengan cara membawa “wakul”, sebuah wadah nasi berbahan bambu, yang diletakkan di atas kepala. 

Mereka berjalan kaki menyusuri jalanan, menawarkan dagangannya kepada siapa saja yang ditemui. Kehidupan keras dan perjuangan mereka di bawah terik matahari menjadi simbol keteguhan dan semangat mencari rezeki, yang  diabadikan para seniman Lamongan dalam bentuk tarian.

Baca juga: Tari Seudati Lebih Dari Seni Pembawa Pesan Religi

Gerakan Serderhana

Tari Boran memiliki daya tarik yang terletak pada keindahan gerakannya. Pertunjukan tarian ini biasanya dilakukan secara berkelompok, di mana kekompakan dan formasi menjadi elemen penting. 

Gerakan-gerakan yang ditampilkan cenderung sederhana, namun setiap langkah dan tarian menggambarkan adegan spesifik dari keseharian para penjual nasi boran, mulai dari persiapan makanan hingga interaksi dengan pembeli. Setiap gerakan dalam Tari Boran mengandung makna filosofis, mencerminkan nilai-nilai seperti kerja keras, ketekunan, dan solidaritas. 

Para penari menampilkan gestur menyerupai gerakan memikul dan menyusun “wakul”, mengolah makanan, hingga melayani pembeli dengan keramahan. Keseluruhan penampilan ini menciptakan narasi kuat tentang perjuangan hidup dan kebersamaan masyarakat Lamongan di masa lalu.

Baca juga: Legenda Gunung Pegat Tetap Hidup Di Masyarakat

Tarian Semangat

Sebagai tarian yang mewakili identitas daerah, Tari Boran terus dilestarikan dan dipertunjukkan dalam berbagai acara kebudayaan di Lamongan maupun di luar daerah. Tarian ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap para pendahulu yang telah menghidupi keluarga dan melestarikan budaya setempat melalui aktivitas sehari-hari mereka.

Dengan segala keunikan dan nilai historisnya, Tari Boran bukan hanya sekadar warisan seni yang mengagumkan, tetapi juga pengingat akan keteguhan dan semangat warga Lamongan. Melalui tarian ini, cerita tentang perjuangan, kerja keras, dan kebersamaan tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Alunan Musik Rindik Bali Lebih dari Suara Alat Musik

Atraksi Seni Kethek Ogleng, Tarian Tradisional Unik Ponorogo

Arsitektur Jengki, Kecantikan Interior Tradisional Indonesia

Serabi Solo, Penganan Warisan Kerajaan Mataram

Tembawang Tampun Juah, Hutan Perjuangan Masyarakat Dayak

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Festival Serak Gulo di Padang Festival Serak Gulo: Tradisi Warga Keturunan India Bagikan Gula
Next Article Bandeng Colo Lamongan, Kuliner Otentik Rasa Nano-Nano
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?