By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tari Seudati Lebih Dari Seni Pembawa Pesan Religi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Tari Seudati Lebih Dari Seni Pembawa Pesan Religi
Warisan Budaya

Tari Seudati Lebih Dari Seni Pembawa Pesan Religi

Anisa Kurniawati
Last updated: 02/12/2024 02:00
Anisa Kurniawati
Share
Foto: dispar.bandaacehkota.g
SHARE

Salah satu kekayaan tradisi seni di Aceh, dapat disaksikan dari atraksi tari Seudati. Tarian tradisional Aceh ini ditarikan sekelompok penari laki-laki dengan gerakan energik diiringi alunan musik dan syair. Tema tarian ini terkait dengan keteguhan, semangat, dan kepahlawanan dari seorang pria Aceh. 

Dilansir dari berbagai sumber, ada banyak pendapat mengenai asal mula kata seudati. Seudati disebut berasal dari kata Syahadat atau syahadatain. Kata itu berarti bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Namun ada juga berpendapat, kata Seudati berasal dari kata “seurasi” yang berarti kompak atau harmonis. Makna kompak ini berkaitan dengan gerakan yang kompak yang ada di dalam tarian ini. 

Baca juga: Upacara Adat Peusijuek, Tradisi Syukuran Masyarakat Aceh

Media Dakwah

Tari Seudati mulai dikembangkan sejak masuknya agama Islam masuk ke Aceh. Tarian ini digunakan sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Menurut beberapa sumber, tarian ini muncul dan berkembang di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Pidie dan Aceh Utara. 

Hal ini dikuatkan dengan munculnya syeh-syeh dari daerah itu, seperti Syeh Amat Burak, Syeh Rasyid Rawa, Syeh Maun Kunyet dari Pidie, Syeh Ampon Bugeh dari Aceh Utara dan lainnya. Tari Seudati kemudian menyebar ke daerah Aceh lainnya. 

Tarian ini mengisahkan berbagai macam permasalahan di masyarakat. Tujuannya supaya masyarakat tahu bagaimana memecahkan persoalan secara bersama-sama. Pada mulanya tarian Seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih.

Arti dari ratoh sendiri adalah menceritakan dan diperagakan untuk mengawali permainan. Biasanya untuk bersuka ria ketika musim panen tiba atau pada malam bulan purnama. Kisah dalam ratoh bisa dari kisah sedih, gembira, nasihat, dan yang membangkitkan semangat juang.

Baca juga: Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya

Formasi Tarian

Tarian ini termasuk Tari Perang, dengan syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Tari Seudati ditarikan delapan laki-laki sebagai penari utama.

Sekelompok penari PITU terdiri dari saw syeh, satu pembantu syeh, dua pembantu disebelah kiri disebut apeetwie, satu pembantu di belakang yang disebut peet bak, dan tiga pembantu biasa. Selain itu, ada juga dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.

Tarian ini dibawakan tidak menggunakan alat musik. Pengiringnya hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah, dan ketipan jari yang seirama dengan lagu yang dinyanyikan.

Biasanya kostum panggung yang digunakan berwarna putih dengan lengan dan celana panjang. Baju dan celana itu biasanya berwarna putih. Sedangkan aksesoris biasanya terdiri dari kain songket, rencong, dan tangkulok (ikat kepala) berwarna merah.

Syair-syair Seudati berisi pesan-pesan agama Islam, pesan adat, pembakar semangat dan kisah-kisah sejarah Aceh. Jika dulunya tarian ini digunakan sebagai media dakwah, seiring perkembangannya berfungsi sebagai hiburan yang ditampilkan di berbagai acara hajatan, pernikahan, menyambut tamu, hingga festival budaya. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenal Docang, Kuliner Legendaris Khas Kota Udang

Kopi Santen Jepangrejo, Cita Rasa Kopi Warisan

Sejarah Dibalik Kelezatan Bola Daging Bakso Malang

Sego Tempong, Sajian Ayam dan Sambal Khas Banyuwangi

Kerapan Sapi Brujul Probolinggo Rayakan Keberhasilan Panen

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Ditjen Imigrasi Terapkan Penerbitan E-Paspor 100 Persen
Next Article kampung adat Misteri 36 Rumah Di Kampung Adat Dukuh Dalam
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?