By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya
Tradisi

Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya

Ridwan
Last updated: 19/10/2024 00:15
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto: infopublik.id
SHARE

Meugang atau makmeugang, adalah tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut Ramadan dan Hari Raya. Tradisi ini merupakan kegiatan memasak dan menikmati daging bersama keluarga, kerabat, dan yatim piatu sehari sebelum bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.  

Aceh, tanah yang kaya akan sejarah dan tradisi, menyimpan beragam keunikan budaya yang menarik untuk dieksplorasi. Salah satunya yaitu Meugang yang telah ada sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam. Biasanya tradisi ini dilakukan satu hari sebelum ketiga momen penting bagi umat muslim tersebut. Namun di kota-kota besar, pelaksanaannya bisa sampai dua hari berturut-turut 

Sejarah Tradisi Meugang

Sejarawan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid yang dikenal sebagai Cek Midi, mengungkapkan bahwa tradisi Meugang telah berlangsung selama 400 tahun lamanya, berakar dari era Kesultanan Aceh pada masa tersebut. 

Menurutnya, dalam literatur buku “Singa Aceh” oleh H.M. Zainuddin, disebutkan bahwa sultan pada masa itu sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, termasuk mereka yang kurang mampu. Hal ini kemudian diwujudkan dalam satu qanun atau hukum yang mengatur pelaksanaan Meugang. 

Qanun tersebut, yang dikenal dengan nama “Meukuta Alam”, mengatur mengenai tugas Qadi Mua’zzam Khazanah Balai Silatur Rahmi dalam mengambil dirham, kain, serta hewan ternak seperti kerbau dan sapi yang akan disembelih pada hari Meugang. Daging dari hewan-hewan tersebut kemudian didistribusikan kepada fakir miskin, dhuafa, dan mereka yang berkebutuhan khusus sebagai bentuk perhatian dan kepedulian dari pemerintah Sultan Aceh.

Esensi dan Perayaan

Bagi Masyarakat Aceh, Meugang memiliki nilai religius yang tinggi. Tradisi ini juga merupakan bentuk rasa syukur pada Allah SWT sekaligus sebagai bentuk suka cita dalam menyambut bulan suci Ramadan. 

Pada hari pelaksanaan Meugang, masyarakat yang mampu akan menyumbangkan sapi untuk disembelih. Meski daging yang digunakan dalam perayaan Meugang, identik dengan daging sapi, namun bisa juga menggunakan daging kambing, bebek, ayam atau daging halal lainnya. 

Daging tersebut nantinya akan dibagikan ke masyarakat secara rata, terutama bagi warga tidak mampu dan tetangga sekitar. Nantinya daging tersebut akan diolah, untuk dimakan bersama keluarga, ataupun dibawa ke Masjid untuk dimakan bersama warga sekitar. 

Biasanya menjelang pelaksanaan Meugang di Aceh, ditandai dengan kemunculan pasar daging dadakan di pinggir jalan. Para pedagang daging berdiri berjejer di sepanjang jalan, menawarkan daging segar kepada pembeli. Tidak hanya itu, penjual bumbu dadakan juga ikut meramaikan suasana tersebut. 

Seluruh proses mulai dari pembagian daging, memasak daging bersama-sama, dan makan daging bersama-sama inilah yang menjadi salah satu nilai inti Meugang, di mana membuat kerabat dan tetangga sekitar berinteraksi dan bersilaturahmi, sehingga mengeratkan nilai kekeluargaan di antara mereka.

Tradisi Meugang masih dipertahankan hingga kini, bahkan telah diakui oleh Kemendikbudristek sebagai warisan budaya tak benda sejak tahun 2016. Tradisi ini telah menjadi momen penting untuk memperkokoh kebersamaan dan silaturahmi antar warga. Dalam kesibukan keseharian, Meugang menjadi waktu yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih. (Anisa Kurniawati-Sumber: itjen.kemdikbud.go.id/)

You Might Also Like

Ketulusan Cinta dalam Sendratari Ramayana

Makna Nyadran Sambut Ramadan di Kampung Kasiran Wonosobo

Mengungkap Sisi Mistis Tari Seblang Olehsari dari Banyuwangi

Kampung Banjarnegara Rayakan Kirab Kelestarian Sungai

Pacuan Kuda Gayo yang Tetap Lestari di Takengon, Aceh

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Bangunan rumah tradisional di Huta Siallagan, Sumatera Utara. Huta Siallagan, Pesona Budaya Batak Di Tepi Danau Toba
Next Article Celempung, Alat Musik Bambu Khas Sunda
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?