By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Upacara Adat Peusijuek, Tradisi Syukuran Masyarakat Aceh
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Upacara Adat Peusijuek, Tradisi Syukuran Masyarakat Aceh
Tradisi

Upacara Adat Peusijuek, Tradisi Syukuran Masyarakat Aceh

Anisa Kurniawati
Last updated: 13/11/2024 03:30
Anisa Kurniawati
Share
Peusijuek dalam upacara pernikahan - Foto: RRI.co.id
SHARE

Upacara Adat Peusijuek merupakan salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih dilestarikan sampai sekarang.

Masyarakat Aceh dikenal memiliki adat dan istiadat serta kaya dengan berbagai macam budaya. Salah satunya yaitu Peusijuek. Kata Sijuek dalam bahasa Aceh berarti dingin, kemudian ditambah awalan Peu yang artinya membuat sesuatu menjadi.  Tradisi ini pada dasarnya sebagai media memohon keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan dalam kehidupan.

Peusijuek berarti menjadikan sesuatu agar dingin, bisa juga diartikan menyiramkan. Biasanya tradisi ini dilakukan pada momen-momen tertentu antara lain perkawinan, sukuran menempati tempat tinggal baru, hendak merantau atau berangkat haji.

Dilansir dari jurnal Tradisi Peusijuek Dalam Masyarakat Aceh oleh Marzuki, sejarah peusijuek tidak terlepas dari sejarah Islamisasi Aceh pada abad sekitar 7 Masehi. Pada saat itu sebagian adat masyarakat Aceh yang dianggap tidak bertentangan dengan Islam masih diperbolehkan.

Baca juga: Meugang, Tradisi Aceh Sambut Ramadan dan Hari Raya

Prosesi Peusijuek

Perjalanan tradisi ini diawali melalui organisasi PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) pada tahun 1939. Organisasi yang  dibentuk  Abu Daud Beureueh ini mengeluarkan maklumat kepada umat Islam di Aceh untuk meninggalkan amalan-amalan yang dianggap syirik. 

Perselisihan ini terus berlanjut, hingga pada tahun 1965, melalui MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama), dikeluarkanlah suatu fatwa mengenai kebebasan menjalani pemahaman agama menurut keyakinan masing-masing. 

Sampai sekarang, peusijuek masih terus bertahan dan dilestarikan keberadaannya masyarakat Aceh. Tradisi ini sekarang disesuaikan dengan ajaran Islam. Di antaranya dengan mengubah mantra-mantra yang digunakan menjadi dengan doa-doa berbahasa Arab. 

Tradisi peusijuek dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama menaburkan beras padi (breuh padee). Kedua, menaburkan air tepung tawar. Ketiga, menyunting nasi ketan (bu leukat) pada telinga sebelah kanan dan terakhir prosesi pemberian uang. 

Perlengkapan seperti beras, air tepung mawar, dedaunan nantinya dipercikkan dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri serta sesekali disilang. Baru kemudian dibacakan doa-doa keselamatan, kedamaian dan kemudahan rizki dari Allah. 

Bila tradisi peusijuek digelar untuk perkawinan, hajatan atau berangkat haji, acara akan diakhiri dengan tahapan pemberian amplop berisi uang dari para tamu ke tuan rumah. Saat ini, upacara Peusijuek tidak hanya menjadi bagian dari kegiatan adat, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual dalam masyarakat Aceh.

You Might Also Like

5 Kebudayaan Unik Suku Mentawai di Sumatera Barat

Tari Grebeg Wiratama, Simbol Perjuangan Seorang Prajurit

Sambut Sumpah Pemuda, Dusun Sanggrahan Gelar Jathilan

Menelusuri Asal-Usul Sejarah Suku Baduy Di Banten

Festival Babukung, Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kisah Amat Mude, Putra Mahkota yang Terbuang
Next Article Presiden Prabowo-Joe Biden Perkuat Kemitraan Strategis
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?