By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: GPIB Immanuel Probolinggo dengan Keindahan Arsitektur Gothic
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > GPIB Immanuel Probolinggo dengan Keindahan Arsitektur Gothic
Warisan Budaya

GPIB Immanuel Probolinggo dengan Keindahan Arsitektur Gothic

Achmad Aristyan
Last updated: 17/12/2024 03:31
Achmad Aristyan
Share
Gereja Merah di Probolinggo yang jadi salah satu bangunan cagar budaya bersejarah. Foto: Wikipedia/Ferry Pepenk Hidayat
SHARE

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) “Immanuel” Probolinggo, yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Merah, menjadi salah satu ikon bersejarah di Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Bangunan ini berada di Jalan Suroyo 32, gereja ini tidak hanya melayani fungsi religius tetapi juga menjadi cagar budaya dan daya tarik wisata yang memikat banyak pengunjung.

Sistem Knock Down

Melansir dari Wikipedia, gereja ini didirikan tahun 1862. Gereja Merah memiliki gaya arsitektur gothic yang khas dengan struktur bangunan yang seluruhnya terbuat dari baja. Keunikan lainnya adalah metode pembangunannya yang menggunakan sistem “knock down”. 

Seluruh komponen gereja ini diproduksi di Belanda, kemudian diangkut melalui jalur laut menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo, dan dirakit kembali di lokasi. Sistem ini memberikan sentuhan khas pada bangunan yang terlihat megah dan kokoh hingga saat ini.

Hingga kini, Gereja Merah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan dikelola pemerintah kota setempat ini tetap aktif digunakan sebagai tempat ibadah. Ibadah rutin digelar setiap Minggu pagi. 

Arsitektur GPIB Immanuel Probolinggo.Foto: GoogleMaps/essy Novalia Darumba

Namun, dalam perjalanannya, gereja ini pernah mengalami masa kelam ketika pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, bangunan ini sempat dialihfungsikan menjadi gudang senjata.

Warna Filosofis

Seorang saksi sejarah, Cornelis Kippuw, yang kisahnya diceritakan putranya Huibert Esser Kippuw, mengungkapkan bahwa pendeta jemaat pertama yang diingat adalah Pdt. Deutz, seorang pendeta berkebangsaan Belanda. 

Fakta menarik lainnya, Gereja Merah Probolinggo memiliki kemiripan dengan satu bangunan lain di dunia, yakni sebuah gereja di Den Haag, Belanda.

Namun, hanya Gereja Merah di Probolinggo yang tetap berfungsi sebagai gereja aktif. Bangunan serupa di Belanda telah beralih fungsi menjadi sebuah bar.

Warna merah mencolok yang mendominasi eksterior gereja bukanlah sekadar pilihan estetika. Bagi jemaat, warna ini menyimpan makna filosofis yang mendalam, melambangkan darah Kristus yang tertumpah untuk menyelamatkan dosa-dosa umat manusia.

Simbolisme ini menegaskan peran penting gereja tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pengingat akan pengorbanan dan kasih yang suci.

Simbol Persatuan

Selain fungsinya sebagai tempat ibadah, Gereja Merah menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Probolinggo. Turis dari berbagai daerah sering mengunjungi gereja ini untuk melihat arsitekturnya yang memikat serta merasakan atmosfer sejarah yang kental. 

Popularitasnya sebagai tempat berfoto juga meningkat, terutama untuk sesi pre-wedding, di mana calon pengantin memanfaatkan latar gereja yang unik dan bersejarah ini sebagai elemen pemanis dalam dokumentasi momen spesial mereka.

GPIB Immanuel Probolinggo berdiri sebagai simbol persatuan antara warisan budaya Eropa dan kekayaan sejarah lokal. Keberadaannya hingga kini menjadi saksi bisu perjalanan waktu, menjaga keaslian cerita dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sambil terus menjadi bagian penting dari identitas Kota Probolinggo. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Menelusuri Nilai Filosofis dan Estetis di Balik Rumoh Aceh

Tari Topeng Betawi, Ikon Seni dan Budaya Masyarakat Jakarta

Mencicipi Sajian Bubur Bernama Unik Burbacek Khas Indramayu

Seni Tari Beskalan Bermula Dari Penari Jalanan

Candi Borobudur dan Teknologi Interlock, Arsitektur Hebat Tanpa Semen

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Mengenal Arsitek Monas Pilihan Langsung Presiden Soekarno
Next Article Sunan Drajat, Jejak Dakwah Kehidupan Sosial di Lamongan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?