By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Perjalanan Tengkleng, Kuliner Solo yang Lahir di Masa Penjajahan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Perjalanan Tengkleng, Kuliner Solo yang Lahir di Masa Penjajahan
Warisan Budaya

Perjalanan Tengkleng, Kuliner Solo yang Lahir di Masa Penjajahan

Anisa Kurniawati
Last updated: 20/12/2024 08:29
Anisa Kurniawati
Share
Sajian kuliner Tengkleng khas Solo. Foto: Pinterest
SHARE

Sajian makanan Tengkleng, telah menjadi kuliner khas Kota Solo, Jawa Tengah. Sajian berbahan tulang dan jeroan kambing ini lahir dari kreativitas rakyat Solo di masa penjajahan. 

Nama “tengkleng” mencerminkan kehidupan rakyat jelata di masa penjajahan dulu. Saat itu, masyarakat hanya mampu membeli bagian tulang dan jeroan kambing. Tulang dengan sedikit daging itu akhirnya diolah dengan bumbu sederhana.

Akibat Kesulitan Pangan

Dikutip dari kompas.com, menurut pakar hukum asal Solo, Mr. Soewidji (1973), saat masa penjajahan, kehidupan masyarakat solo sangat sulit hingga harus memutar otak untuk tetap bertahan hidup. 

Mereka kemudian mengolah bahan pangan apa saja untuk dijadikan makanan. Dalam hal ini, termasuk limbah kambing seperti tulang belulang dan jeroan kambing.

Saat itu, daging kambing hanya dihidangkan untuk tuan dan nyonya Belanda dan priyayi. Mau tak mau masyarakat Solo mengolah tulang belulang dan jeroan dari kambing untuk mengisi perut.

Baca juga: Serabi Solo, Penganan Warisan Kerajaan Mataram

Sajian Tengkleng khas Solo di Warung makan Bu Jito ‘Dlidir’
Foto: Google/nindya Adha

Bumbu Rumit 

Proses pembuatan tengkleng menggunakan berbagai bumbu rumit. Hal ini dilakukan supaya menghilangkan bau tak sedap dari bagian tubuh kambing. Bagian tubuh kambing yang biasanya digunakan sebagai bahan tengkleng adalah kepala, iga, serta kaki.

Bagian-bagian tubuh ittu dimasak selama kurang lebih 2 jam agar menjadi empuk dan tidak bau bersama berbagai bumbu. Secara umum bumbu halus yang dibutuhkan adalah bawang putih, bawang merah, kemiri, kunyit bakar, ketumbar, sangrai, gula merah. 

Kemudian ada juga rempah-rempah yang ditambahkan seperti kayu manis, cengkeh kering, jahe, lengkuas, pala, daun salam, daun jeruk segar, dan serai. Cara membuatnya pertama, rebus sampai empuk jeroan dan bagian tulang kambing lainnya dalam santan encer bersama daun salam, serai, daun jeruk, dan jahe. 

Lalu tambahkan santan kental hingga lemak daging keluar dan mengering. Setelah itu masukkan cabai, aduk sebentar hingga mendidih. Tengkleng kemudian siap dihidangkan. Jika ingin rasa yang lebih pedas bisa ditambahkan dengan cabai.

Baca juga: Teh Solo dalam Budaya Minum Teh Indonesia

Langganan Presiden

Di kota Solo, ada sejumlah warun makan dengan sajian khas Tengkleng terkenal antara lain Tengkleng Solo Bu Jito “Dlidir” di Jalan Kolonel Sugiyono Nomor 67, Kadipiro, Banjarsari, Kota Surakarta. Warung yang buka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 13.00 WIB menyedikana Tengkleng enak seharga Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per porsi.

Tengkleng Yu Tentrem di Solo. Foto: Google/ Arif Maftuhin

Selain itu, Anda dapat mengunjungi Warung Tengkleng Yu Tentrem di Jalan Letjend Sutoyo, Gang Kelud Selatan, Ngadisono RT 4 RW 14, Kadipiro, Banjarsari, Solo. Bukanya dari jam 10 pagi, namun menu seharga 25 ribu hingga 75 ribu yang disajikan kerap sudah habis selepas makan siang.

Warung Tengkleng Yu Tentrem terkenal sebagai warung langganan keluarga mantan Presiden Soeharto hingga Presiden Joko Widodo dengan menu andalan tengkleng iga, sumsum, lidah, pipi, mata, telinga, otak. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Pathol Sarang, Gulat Tradisional Asli Rembang

Festival Jalur Rempah Apresiasi Suku Tengger

Dimba Nggowuna, Warisan Musik Tradisional Sulawesi Tenggara

Desa Klampok: Warisan Sejarah di Tepian Sungai Serayu

Mengenal Tinutuan, Sajian Bubur Sayuran Lezat dari Manado

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Mengenal Desa Wisata Gunungsari Madiun Yang Ramah Digital
Next Article 13 Jadwal Konser Musik Internasional di Jakarta Tahun 2025
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?