Nama seni bela diri Langga bisa jadi kurang bergema di khasanah budaya Nusantara, dibanding Pencak Silat misalnya. Namun, gerakan bela diri ini terkenal dengan kekuatan dan kecepatannya, melebihi seni bela diri lain seperti Karate atau Taekwondo.
Di sisi lain, seni bela diri dari Gorontalo ini, bertujuan mencari persaudaraan dan perdamaian, bukan menciptakan jarak antara sesama manusia. Ironisnya, Langga kini diambang kepunahan.
Bela Diri Prajurit
Langga adalah seni bela diri rakyat yang merupakan refleksi dari cara hidup sehari- hari. Biasanya bersumber pada mitos, sejarah atau cerita rakyat. Mulanya, Langga dipersiapkan untuk perang dan pertahanan pengawal kerajaan Hulonthalangi, kerajaan pertama di Gorontalo.
Menurut sejarah, Lagga diperkenalkan Ju Panggola pada abad ke 16. Saat itu, Ju sambil memperluas agama Islam di Gorontalo juga mengajarkan ilmu beladiri kepada kerajaan.
Demi Perdamaian
Langga diciptakan untuk tidak menghabisi musuh, melainkan menjaga diri dan melumpuhkan lawan. Salah satu teknik dalam seni bela diri adalah “Totame MaUi Tolo PopaI”, di mana tenaga lawan tidak dihindari atau dilawan, melainkan dimanfaatkan untuk menyerang balik.
Tujuan penciptaan Langga bukan untuk menghentikan semua bentuk perseteruan. Akan tetapi bela diri ini untuk mengayomi. Tujuan utamanya adalah mencari persaudaraan dan perdamaian. Langga diartikan sebagai alternatif terakhir untuk mencapai kedamaian ketika semua jalan lain telah tertutup.
Prosesi Langga
Berbeda dengan bela diri lainnya, Langga merupakan sebuah tradisi berupa bela diri yang di dalamnya terdapat sebuah ritual. Dikutip dari jurnal Bela Diri Tradisional Langga, Prosesi ritual bela diri Langga mencangkup beberapa tahapan.
- Prosesi Pitodu yang dilakukan dengan meneteskan cairan ke mata muridnya masing-masing. Secara otomatis mereka sudah mampu melakukan teknik-teknik bela diri.
- Prosesi Mopopasi, yaitu diharuskan mengusai beberapa teknik dasar terlebih dahulu.
- Prosesi Media Penghubung antara Rati (syetan) dengan pelangga. Media penghubungnya adalah seekor ayam jantan yang di potong saat prosesi pitodu. Karena dipercaya sebagai sebuah ritual, beladiri ini diawali disertai perlengkapan.
Bahan perlengkapannya yaitu, polutube, kemenyan, uang koin, dan pisau dengan gagang terlilit kain merah. Kemudian menggunakan ayam, dan tiga helai kain berwarna hitam, putih dan merah.
Bagi sebagian masyarakat Gorontalo, ada yang menganggap prosesi ritual adat Langga tidak sepenuhnya dibenarkan dalam ajaran Islam. Hal ini dikarenakan dikaitkan dengan hal mistis seperti proses pemanggilan roh-roh halus.
Akan tetapi, sebagian masyarakat lainya menganggap bahwa seni bela diri Langga merupakan suatu tradisi yang perlu dilestarikan. Mereka menganggap sebagai salah satu tradisi lama yang diwariskan leluhur untuk generasi muda. (Diolah dari berbagai sumber)