By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Legenda Batu Belah, Kisah Pengorbanan Ibu dari Aceh
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Legenda Batu Belah, Kisah Pengorbanan Ibu dari Aceh
Cerita Rakyat

Legenda Batu Belah, Kisah Pengorbanan Ibu dari Aceh

Achmad Aristyan
Last updated: 25/12/2024 13:20
Achmad Aristyan
Share
SHARE

Salah satu cerita rakyat yang melegenda di Aceh adalah kisah Atu Belah Atu Betangkup (Batu Belah, Batu Betangkup) yang berasal dari daerah Takengon, Aceh Selatan.  

Dalam Bahasa Indonesia, Atu Belah berarti “batu terbelah.” Legenda ini mengisahkan sebuah keluarga miskin yang harus menghadapi konflik besar akibat kecerobohan, hingga membawa mereka pada akhir yang tragis.

Kisah yang diceritakan dalam video di kanal YouTube Dongeng Kita ini menyimpan pesan moral mendalam yang masih relevan hingga saat ini.  

Baca juga: Kisah Pejuang Nyi Ageng Serang, Pengatur Strategi Perang

Pemburu Belalang

Di sebuah desa kecil di Tanah Gayo, hiduplah keluarga petani yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak laki-laki. Kehidupan mereka dipenuhi dengan perjuangan karena kemiskinan yang mendera. 

Ayah bekerja keras mengolah ladang dan berburu di hutan untuk menghidupi keluarganya. Jika sedang beruntung, ia membawa pulang rusa hasil buruannya. 

Namun, sering hasil buruan hanyalah belalang, yang kemudian disimpan di lumbung. Sang ayah selalu mengingatkan istrinya untuk menjaga belalang-belalang itu dengan menutup pintu lumbung, karena itu adalah sumber makanan utama keluarga saat musim paceklik.  

Kesalahan Si Sulung 

Pada suatu hari, sang ayah pergi berburu ke hutan, berjanji akan membawa pulang daging rusa. Sementara itu, ibu dan kedua anaknya menunggu di rumah. 

Ketika rasa lapar melanda, sang ibu meminta anak sulungnya mengambil belalang dari lumbung. Namun, si sulung lupa menutup pintu lumbung setelah mengambil belalang. 

Akibatnya, belalang-belalang yang dikumpulkan dengan susah payah terbang keluar. Saat ayah pulang tanpa hasil buruan, ia mendapati lumbung kosong. 

Kemarahannya memuncak, dan ia melampiaskannya pada istrinya. Dengan penuh amarah, ia mengusir sang ibu dari rumah, meskipun ia tahu istrinya selalu berkorban untuk keluarganya. 

Baca juga: Kisah Asmara Dalam Legenda Putri Naga Pulau Komodo

Batu Terbelah

Penuh kesedihan dan merasa tak dihargai, sang ibu pergi meninggalkan rumah tanpa arah. Di tengah hutan, ia menemukan batu ajaib yang konon dapat menelan manusia yang sedang putus asa. 

Dengan pilu, ia melantunkan mantra Bahasa Gayo “Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu…” yang berarti “Batu belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa lalu..”.

Setelah mantra itu diucapkan, batu itu membelah dan menelan sang ibu perlahan. Kedua anaknya yang diam-diam mengikuti di belakang hanya bisa menangis melihat kejadian itu.

Sebelum tubuhnya hilang, sang ibu memberi tujuh helai rambutnya untuk kedua anaknya. Rambut itu lalu dijadikan jimat sebagai kenangan atas kasih sayang sang ibu yang luar biasa. Konon, peristiwa ini disertai hujan lebat dan bumi bergetar, seolah ikut berduka atas nasib tragis keluarga itu.  

Pesan Moral dari Kisah Atu Belah Atu Bertangkup

Cerita ini menyampaikan beberapa pesan moral penting:  

  1. Hindari Kecerobohan, Kecerobohan sekecil apa pun dapat berujung pada kerugian besar, seperti yang dialami keluarga ini.
  1. Pentingnya Sifat Pemaaf, Kemarahan dan dendam hanya membawa kehancuran. Jika sang ayah lebih pemaaf, keluarganya tidak perlu kehilangan sosok ibu yang penuh kasih.
  1. Pengorbanan Orang Tua, Kisah ini juga menggambarkan betapa besar pengorbanan seorang ibu untuk anak-anaknya, meskipun ia sendiri harus menanggung penderitaan.

You Might Also Like

Legenda Arjuna dan Asal Usul Gunung Arjuno di Jawa Timur

Legenda Ular Ndaung, Cerita Rakyat Bengkulu

Lebai Malang, Kisah Jenaka dan Inspiratif dari Sumatera Barat

Bujang Awang Tabuang dan Kisah Permaisuri Terbuang

Asal-Usul Danau Maninjau, Akhir Kisah Kasih Tak Sampai

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menekraf Lantik 58 Pejabat Baru Untuk Perkuat Ekonomi Kreatif
Next Article Senjata Tradisional Rencong, Kebanggaan dan Identitas Aceh
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?