Tradisi Endog-endogan, merupakan cara warga muslim Banyuwangi, Jawa Timur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ribuan telur yang ditancapkan di batang pohon pisang diarak mengelilingi kampung di Banyuwangi.
Menjelang Maulid Nabi (Kelahiran Nabi Muhammad SAW), hampir di setiap kampung di Banyuwangi mengadakan tradisi endog-endogan. Menurut sejarah, tradisi Endog-endogan pertama kali dicetuskan K.H. Abdullah Faqih awal abad ke 19.
Pendiri Pondok Pesantren Cemoro Balak, Songgon, Banyuwangi itu dalam pertemuan dengan pimpinan Pondok Pesantren Kademangan Bangklan Kiyai Kholil, menyampaikan bahwa kembang Islam telah lahir di nusantara dan dipersonifikasikan sebagai telur. KH. Abdullah Faqih menerjemahkan perkataan itudengan mengumpulkan telur dan batang pisang.
Kemudian telur dihias dan ditancapkan ke batang pisang. Hingga saat ini, tradisi ini dikenal dan dilaksanakan warga Banyuwangi. Mereka mengenalnya dengan nama tradisi endog-endogan.
Arak-Arakan Ribuan Telur
Dalam pelaksanaannya, warga Banyuwangi mengarak ribuan telur mengelilingi kampungnya. Ribuan telur itu dihias dengan beraneka warna kembang kertas. Selanjutnya endog itu ditancapkan dalam sebuah batang pisang (jodang).
Satu jodang biasanya terdapat 30, 50 hingga 100 telur yang masing-masing telah ditempatkan sebuah wadah kecil yang menarik. Diiringi lantunan sholawat dan zikir, mereka mengarak telur keliling kampung dengan becak atau mobil.
Tradisi ini telah dibuatkan Festival Endog-endogan dalam agenda Banyuwangi Festival. Dengan mengenakan pakaian serba putih, ribuan warga mengarak jodong telur, datang dari lima penjuru yang melambangkan jumlah sholat wajib umat muslim.
Arak arakan itu bertemu tepat di depan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Lokasi ini merupakan lokasi baru setelah pada tahun sebelumnya Festival Endhog-endhogan selalu berpusat di depan Kantor Pemkab Banyuwangi.
Tradisi ini juga juga dilaksanakan serentak di setiap masjid di 25 kecamatan se-Banyuwangi.
Makna Filosofi Endog-Endogan
Dikutip dari laman banyuwangikab.go.id, tradisi ini memiliki makna filosofi yang mendalam. Telur sebagai simbol terdiri dari tiga lapis, yakni kulit, putih telur dan kuning telur. Kulit telur diibaratkan sebagai lambang keislaman sebagai identitas seorang muslim.
Putih telur, melambangkan keimanan, yang berarti seorang yang beragama Islam harus memiliki keimanan yakni mempercayai dan melaksanakan perintah Allah SWT. Lalu kuning telur melambangkan keihsanan, memasrahkan diri dan ikhlas dengan semua ketentuan Allah.
Secara keseluruhan makna Festival endhog-endhogan adalah agar selalu ingat dan menjalankan tuntunan nabi. Tidak hanya itu tradisi ini juga merupakan sebuah syiar Islam yang sarat dengan nilai dan kearifan lokal.
Dalam tradisi terkandung pula semangat gotong royong dan saling tolong antar sesama. Warga dapat mempererat silaturahmi. Karena di akhir acara, kegiatan diakhiri dengan makan nasi ancak (nampan dari daun pisang)bersama.
Biasanya satu ancak yang berisi nasi dan lauk pauk dimakan oleh 4-5 orang. Dalam peringatan Maulid Nabi biasanya juga diisi tausiah agama.
Tradisi Endog-endogan tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, namun juga menyimbolkan kebersamaan, serta sarat akan makna. (Dari berbagai sumber)