Gandrung merupakan salah satu kesenian sekaligus ikon khas Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Di antara banyaknya tari Gandrung kreasi perempuan, Gandrung Marsan menjadi satu-satunya tari Gandrung kreasi laki-laki (lanang) di Banyuwangi.
Menurut sejarahnya, tari ini berkembang pada 1890. Saat itu, ada sebuah kesenian yang dibawakan sekelompok pria berusia 7 sampai 14 tahun. Kesenian ini diiringi alat musik gendang dan rebana. Salah seorang penarinya bernama Marsan.
Sosok Marsan melakoni kesenian ini hingga usianya mencapai 40 tahun begitu dikagumi. Sebagai penari, dia dikenal sangat piawai memerankan sebagai perempuan.
ia disebut penari gandrung lanang terakhir sebelum akhirnya tari gandrung ditarikan perempuan.
Bangkit Kembali
Setelah lama tari gandrung lanang menghilang, tarian ini diangkatnya kembali oleh Subari Sufyan. Dia adalah pencipta tari dan pemilik Sanggar Sayu Gringsing di Banyuwangi.
Subari berkeinginan untuk mengangkat kembali kesenian Gandrung Lanang yang telah lama menghilang digantikan Gandrung perempuan.
Dikutip dari jurnal Gandrung Marsan: Eksistensi Tari Gandrung Lanang Di Banyuwangi oleh Heni Widya Santi dkk tari Gandrung Marsan terinspirasi dari kesenian Gandrung pada masa Marsan.
Dia adalah pejuang seni, pejuang kemerdekaan rakyat Banyuwangi, serta bermisi memberantas tindakan asusila antar sesama penari Gandrung yang kala itu marak terjadi.
Awalnya, tarian ini kurang diterima masyarakat Banyuwangi. Hal ini dikarenakan dianggap kurang sopan. Karena penari laki-laki yang menggunakan kostum perempuan.
Namun, setelah tarian ini ditampilkan di Parade Tari Nusantara Jakarta akhirnya mulai sedikit diterima. Gandrung Marsan kini salah satu tarian yang terkenal di Banyuwangi.
Mulai dari tahun 2011 hingga 2018, Gandrung Marsan mulai banyak dipelajari anak-anak, pemuda pemudi di Banyuwangi bahkan hingga dilombakan.
Alat Melawan Penjajahan
Tari Gandrung Marsan dibawakan 9 orang penari laki-laki. Dalam pertunjukannya terdapat lima bagian dalam tari yang menggambarkan sosok senimana itu:
- Pertama, Marsan berdoa dalam rangka memulai misi memberantas tindakan asusila penari.
- Kedua, Marsan berkumpul dengan para pemudamempersiapkan latihan bela diri.
- Ketiga, Marsan dan pemuda-pemuda belajar bela diri untuk melawan penjajah.
- Keempat, Marsan ketika mengatur strategi perang.
- Kelima, Marsan dan penari Gandrung lainnya menunjukan jati diri bahwa mereka sebenarnya seorang laki-laki yang tengah berjuang untuk bangsa Indonesia.
Ketika membawakan gerak laki-laki penari harus berkarakter gagah. Sedangkan saat melakukan gerak perempuan haruslah luwes layaknya perempuan yang menarikan.
Musik yang digunakan untuk mengiringi tarian tradisional ini yaitu menggunakan seperangkat gamelan Banyuwangi yang ditambah dengan biola.
Tari Gandrung Marsan merupakan pengingat bagi masyarakat khususnya Banyuwangi, bahwa Gandrung dulunya ditarikan penari lanang. Selain itu dijadikan alat melawan penjajahan.
Maka dari itu, generasi muda saat ini harus lebih menghargai kesenian yang telah susah payah dipertahankan sebagai alat berjuang melawan penjajah. (Dari berbagai sumber)